KedaiPena.Com – Pemerintah berkomitmen membangun perairan Natuna. Ini dilakukan agar Indonesia semakin eksis dan menghindari pencaplokan oleh China.
Demikian disampaikan Staf Ahli Kemenko Maritim dan Sumber Daya, Haposan Napitupulu kepada KedaiPena.Com, ditulis Jumat (22/7).
“Kalau di sana ada kegiatan, dan ada pengembangan wilayah, maka ada orang yang kita kerjakan dan berseliweran. Ada kapal di situ, sehingga kita eksis di Natuna. Kalua kita eksis kan dilihat sama China, sehingga dia berfikir ulang untuk ekspansi,” tegas dia.
Masih kata dia, ada beberapa cluster yang akan dibangun di Natuna. Di antaranya adalah sektor migas. Ada beberapa Blok Natuna yang memiliki potensi gas. Yang paling besar ada di Natuna Timur.
“Di situ ada Blok Deafa yang ditemukan oleh Agip pada tahun 1973. Lalu ada juga Lapangan Dara Blok Sokka. Di Natuna itu, kegiatan eksplorasi migas dilakukan sejak tahun 1960an, di situ dilakukan kegiatan ekplorasi dan berhasil menemukan cadangan gas terbesar di Asia Tenggara yang besarnya 220 triliyun kubik fit,” jelas Haposan.
Sayang, kandungan CO2-nya cukup besar, sekitar 72 persen. Sehingga yang bisa diambil hanya 46 tcf. Meski demikian, jumlah itu pun terbilang masih cukup besar.
“Sementara yang di Natuna Barat sudah banyak yang dieksploitasi. Kontraktornya ada Conoco Philip, Star Energy dan lain-lain. Kita salurkan ke Malaysia dan Singapura, dan ada yang sedikit ke Batam, sekitar 40 juta kubik per hari,” Haposan melanjutkan penjelasannya.
Kalau Natuna Barat akan dikembangkan, mungkin membutuhkan biaya 30 hingga 40 miliar dollar. Dan mungkin 5 sampai 10 tahun ke depan baru berkembang, baru bisa produksi. Karena teknologinya berbiaya mahal.
(Prw/Mam)