KedaiPena.Com – Ekonom Indef Bhima Yudhistira mengatakan, Indonesia saat ini mulai ditinggalkan para investor asing yang biasa menanamkan modal besar di ibu pertiwi.
“Investor-investor kakap (asing) itu dari setahun lalu itu dia udah mulai mindahin ke aset yang lama, emas, deposito. Jadi investor kakap itu biasanya paling tajam kalau ada krisis atau resesi. Perhatiannya bukan perhatian biasa tapi indikatornya,” tegas Bhima kepada wartawan dalam diskusi di Forum Tebet, Jumat, (11/10/2019).
Bhima menjelaskan, Indonesia juga selama ini dianggap emerging market dengan resiko relatif tinggi, apalagi ada politik di luar parlemen yang kurang stabil menjadi alasan para investor asing tersebut pergi.
“Juga jadi berat masuknya investasi asing. Apalagi investasi jangka panjang, ada sih yang masuk tapi pertumbuhannya kecil,” papar Bhima.
Bhima menyarankan agar pemerintah dapat membuat nyaman para investor di Indonesia. Hal itu dapat dimulai dengan membuat stabil politik dan keamanan negara.
“Isunya sekarang stabilitas politik. Tadinya mulai wait and see sampai pemilu selesai, tapi kelamaan. Kenapa? Karena masih ada gejolak politik sampai 20 Oktober (pelantikan presiden). Jadi stabilitas politik keamanan ini harus dijaga,” kata dia.
Kedua, lanjut Bhima, Bank Indonesia dan pemerintah juga harus segera duduk bareng, bukan hanya rapat tapi membahas fiskal moneter. Karena yang kita lihat sekarang moneter jalan ke barat fiskal jalan ke timur.
“Moneternya menurunkan acuan suku bunga beberapa kali, LTP dilonggarin, DP kredit mobil motor dilonggarin, tapi dari sisi fiskal tadi, APBN tidak punya empati, sense of crisisnya tidak ada, desfitnya saja dikecilin. Jadi ini harus duduk bareng, begitu juga suku bunga harus dikecilin, investor kan maunya suku bunga dikecilin,” ungkap Bhima.
Diketahui, para investor asing berbondong-bondong ke luar dari Indonesia. Melansir data dari RTI, dalam sebulan terakhir (23 Juli 2019-23 Agustus 2019), investor asing tercatat membukukan jual bersih senilai Rp 8,06 triliun di pasar reguler.
Di pasar obligasi, kondisinya tak jauh berbeda. Melansir data yang dipublikasikan Direktoral Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, sepanjang bulan ini (hingga perdagangan tanggal 22 Agustus), investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 4,84 triliun.
Sementara itu, sebanyak 33 perusahaan yang keluar dari Cina, justru tidak menanamkan modalnya di Indonesia mereka malah lebih memilih berinvestasi ke negara-negara tetangga.
Laporan: Muhammad Hafidh