KedaiPena.Com – 20 persen orang Indonesia merdeka secara sosial dan ekonomi. Mereka punya rumah, pendidikan yang bagus dan sebagainya, serta bisa liburan.
Demikian disampaikan begawan ekonomi Rizal Ramli kepada KedaiPena.Com, Selasa (18/8/2020).
“Sementara 40 persen di bawahnya sedang, tetapi saat krisis ini mereka akan anjlok ke bawah,” ujarnya.
Dan 40 persen yang di bawahnya, belum pernah menikmati arti kemerdekaan secara sesungguh-sungguhnya.
“Makan saja sudah, sekolah berat dan sebagainya,” sambung Menko Perekonomian zaman Presiden Gus Dur ini.
Berdasarkan indeks manusia, lanjut eks Tim Panel Ekonomi PBB ini, kesejahteraan manusia yang 40 persen ini masih terbawah.
“Nah ajaib dan luar biasa, 75 tahun merdeka belum mampu mengangkat yang 40 persen ini ke atas,” Rizal menambahkan.
Akhir tahun 60-an, di Asia ini hampir semua negara miskin. Korea pendapatannya 100 dolar per kapita, Malaysia 100 dolar per kapita dan Cina setengah dari kita lebih miskin 50 dolar per kapita.
“Tetapi dalam waktu 40 tahun, Korea, Singapura masuk negara maju. Dan kita ditinggalkan terus,” imbuhnya.
Rizal mengatakan, hal tersebut terjadi karena pemimpinnya, terutama yang belakangan ini, modalnya hanya pencitraan doang.
“Masuk gorong-gorong lah, main ‘Tiktok’, nari-nari begitu. Kalau ditanya apakah sebagai pemimpin perlu pencitraan? Ya sangat perlu. Tapi tidak cukup hanya modal pencitraan pemimpin. Karena yang cuma bermodal pencitraan, akan membawa kita ke kemiskinan dan keterbelakangan,” jelasnya.
“Harus ada visi, harus ada karakter, harus ada ‘track record’ bisa membuat hidup rakyat lebih baik. Nah pertanyaan bisa gak ini berubah dalam 10 tahun yang akan datang? Saya sih sangat yakin sangat bisa, tetapi kita harus hancurkan dulu sistem ‘threshold’ ini. Yaitu kalau mau jadi Presiden harus 20 persen, 15 persen. Jadi ini adalah sekrup pemerasan yang dilegalisasi oleh Mahkamah Konstitusi,” tandas dia.
Laporan: Muhammad Lutfi