KedaiPena.Com – Indonesia berada dalam kondisi ‘tipping point‘ atau titik jungkal. Hal ini terjadi karena ketidakmampuan pemerintah menanggulangi krisis.
Begawan ekonomi Rizal Ramli mengatakan, dalam istilah manajemen, dikenal istilah ‘tipping point‘. Dan hal ini terjadi bukan karena faktor alamiah, tapi karena kondisi obyektif.
“Jadi jika ada papan, dia akan terjungkal dengan sendirinya, karena dorongan kondisi subjektif atau dengan sedikit dorongan dari organisasi,” kata dia di Jakarta, Rabu (14/7/2021).
Rizal mengatakan, bangsa Indoneaia sudah berada di ‘tipping point‘ karena ekonominya sudah merosot sebelum Covid-19. Dengan adanya pandemi, maka kondisi semakin merosot.
“Apalagi kita melihat jelas, setelah satu setengah tahun Covid-19, pemerintah tidak mampu menyelesaikan mengurangi dan mengatasi masalah,” lanjut RR, sapaan dia.
“Kalau kita bagi selama satu setengah tahun itu, apa yang dilakukan pemerintah ada empat tahap. Tahap pertama dari Januari sampai Maret 2020 adalah tahap bantah-bantahan,” papar eks Menko Perekonomian ini.
Di fase ini, Pemerintah mengatakan Covid-19 tidak ada. Ada juga pejabat Indonesia yang berujar tidak mungkin ada corona.
“Tahap ini membuat lelucon tentang corona. Orang Indonesia banyak kena matahari tidak mungkin kena, lalu makan nasi kucing bisa sembuh dan sebagainya,” lanjut RR.
Jadi, selama tiga bulan, pemerintah Indonesia saling membantah dan membuat lelucon tentang Covid-19, termasuk menyewa buzzer sebesar Rp78 miliar untuk menyesatkan rakyat bahwa virus ini tidak ada.
“Hal tidak penting, termasuk menghabiskan uang sekian puluh miliar untuk kasih insentif kepada turis asing masuk ke Indonesia, ini kan luar biasa. Mohon maaf saya pakai bahasa Sunda, luar biasa ‘dongo‘-nya ini,” lanjut dia.
Dia menambahkan, Indonesia seharusnya belajat dari Negara tetangga Cina, Vietnam. Begitu Covid-19 merebak di Cina pada Desember 2019, Vietnam menutup semua perbatasan pada Januari 2020.
Demikian juga di Taiwan yang juga dekat dengan Cina. Presidennya langsung menutup dan melarang turis asing masuk. Hal serupa terjadi juga di Selandia Baru.
“Tapi di Indonesia malah kasih insentif turis asing masuk, kasih TKA Cina masuk tidak henti-henti, hanya soal kepentingan bisnis seorang pejabat bukan juga demi kepentingan nasional. Jadi tiga bulan yang pertama kita kehilangan momentum untuk menyelesaikan persoalan Covid-19,” tandas Rizal.
Laporan: Muhammad Lutfi