KEPENTINGAN inti yang tidak bisa kita tawar-menawar yaitu wilayah NKRI, Kalau terusik maka kita harus menjaga kekuatan nasional kita.
Indonesia adalah negara besar yang memiliki wilayah sangat strategis, sebagai pertemuan dua samudera besar.
Berbicara mengenai tingkat toleransi beragama bangsa Indonesia, negeri ini sudah terlalu besar kadar tolerannya.
Sudah tiga orang tercatat sebagai penista agama Islam di negeri ini. 
Dua orang tercatat telah menjalani hukuman penjara, sementara satu orang lagi sudah berstatus terdakwa, tinggal menanti vonis hukumannya. Cukup toleran negeri ini.
Kalau tak toleran, kemungkinan besar terdakwa penista agama Islam sudah dipenggal oleh umat Islam.
Baru kali ini terjadi di dunia, seorang penista agama Islam diadili tanpa penahanan, dan bahkan pelakunya bisa ikut menyambut kedatangan seorang raja dari Arab Saudi.
Benar-benar sedang bermain dengan api besar, terkait kasus terdakwa penistaan agama Islam.
Kalau sudah berani pasang badan, itu artinya sudah siap untuk menghadapi risiko seburuk apapun.
Kasus bermuatan SARA tidak akan bisa ditutupi, apalagi dikubur. Tidak mungkin dihapus, sekalipun menggunakan “power”.
Sebuah spekulasi politik yang meletakkan taruhan sangat besar, hampir tak berbeda dengan kondisi tahun 1965 silam, saat meletus Pengkhianatan G30S PKI.
Kita tidak bisa memahami bagaimana sejauh itu mereka mempertaruhkan nama baik sebuah sebuah rezim, hanya demi seorang “terdakwa” yang bersentuhan langsung dengan agama dari umat mayoritas di negeri ini.
Bangsa Indonesia, terutama pribumi Indonesia, sangat komit dengan ideologi negara yaitu Pancasila, dan UUD 1945 sebagai konstitusi negara ini.
Substansi tidak akan bisa dibelokkan, sekalipun negeri ini telah menerima kedatangan seorang Raja Salman bin Abdul Aziz Al-Saud dari Saudi Arabia.
Kekuatan “ragam pelangi” Indonesia di kawasan Asia Pasifik dinilai sangat startegis oleh pihak negara manapun.
Situasi saat ini yang semakin genting dalam menghadapi “serbuan” dari kawasan Laut Cina Selatan, membuat negara lain beradu cepat untuk melucuti dominasi China dari wilayah Indonesia dan Asia Tenggara.
Mantan pemimpin Indonesia yang bernama Soeharto berhasil mempersatukan pribumi Indonesia, dengan mensterilkan bangsa Indonesia dari ideologi-ideologi terlarang. Prabowo pernah menjadi menantu Soeharto.
CIA juga sudah mempelajari dengan cermat, bagaimana strategi Soeharto dalam menjinakkan kawasan Asia Tenggara, termasuk ketika Soeharto berhasil melaksanakan perintah Soekarno untuk menyerbu serta merebut Irian Barat dari tangan Belanda.
Melayu Raya Indonesia dalam konteks saat ini adalah Prabowo Subianto!Jangan letakkan “emas sepuhan palsu” untuk memimpin negara besar seukuran Republik Indonesia. Jadinya retak di tengah, seperti sekarang ini!
Jangan juga membiarkan beberapa orang kaya, untuk menguasai politik dan ekonomi guna mengakumulasikan kekayaannya!
Sekarang kita melihat kondisi bangsa dan negara ini sudah tidak steril lagi dari pengaruh ideologi terlarang, dan telah terjadi kolonialisasi.
Ada perlawanan kaum pribumi dari pantai reklamasi Jakarta. Karena pulau buatan tersebut nyata-nyata akan dijadikan sebagai simbol “kolonialisasi baru Indonesia”.
Rasanya tidak mungkin jika Indonesia akan bangkit dengan cara menggunakan make up Cina, di tengah situasi Laut Cina Selatan yang terus memanas seperti sekarang ini.
Tidak mungkin jika kekuatan Nasakom (Nasionalis, Agamais, Komunis) diletakkan di atas kekuatan ideologi Pancasila.
Sudah saatnya bangsa Indonesia yang tengah terpuruk ini untuk segera bangkit lagi, tanpa harus dibayang-bayangi oleh persekongkolan duo komunis PKC dan PKI serta kegaduhan yang menyita energi Bangsa Indonesia!
Kita benar-benar membutuhkan pemimpin yang sangat berintegritas, bukan pemimpin boneka atau pemimpin hasil polesan salon. Indonesia saat ini sedang tidak memerlukan orang-orang yang terlalu banyak berspekulasi.
Tokoh dan sosok “emas murni” yang bukan emas sepuhan akan dinantikan oleh rakyat, sampai kapan pun. Kita menantikan tokoh kuat yang punya integritas dan sudah teruji.
Prabowo adalah salah satu tokoh yang kita nilai sudah teruji. Didzolimi dan dicurangi lewat pilpres, dia tetap sabar. Dan dia tetap yakin dalam berjuang menegakkan kebenaran!
Nama Prabowo kita nilai sudah teruji dan punya integritas serta kapasitas nasional, sehingga sangat mungkin untuk disinergikan. Mari bersama berbuat untuk Indonesia Raya!
Oleh Heri Gunawan Ketua DPP Partai Gerindra, Anggota Komisi XI DPR RI