KedaiPena.Com – Beberapa waktu lalu, beberapa lembaga survei menyebut kepuasan rakyat atas kinerja pemerintah Jokowi-JK meningkat. Tapi, sayangnya, fakta di lapangan tidak seperti hasil survei, jomplang.
Karena, secara umum perekonomian Indonesia sejak kepemimpinan Jokowi terus mengalami stagnasi yang serius, bahkan menurun. Indikatornya: tahun 2014 ekonomi tumbuh 5,02%, tapi di 2015 turun menjadi 4,8% saja.
Demikian dikatakan oleh, anggota Komisi XI DPR RI Heri Gunawan kepada ‎KedaiPena.Com, Senin (17/10).
“Nilai ekspor yang menurun. Data per Oktober nilai ekspor masih mencapai Rp200 triliun, tapi Per Mei 2016 nilai ekspor tinggal Rp160 triliun. Artinya telah terjadi penurunan sebesar Rp40 triliun,” ujar dia.
Selain itu, utang Pemerintah pusat meningkat yang pada Oktober 2014 hanya Rp2.600 triliun meningkat menjadi Rp3.320 triliun Per Mei 2016. Dan beban utang inilah yang terus menggerus cadangan devisa nasional yang hanya tersisa USD103,56 miliar.Â
Dan keadaan ini, kata politisi Gerinda ini, bisa dikualifikasikan sebagai posisi kritis di tengah nilai ekspor yang menurun dan tuntutan pembayaran utang ditambah bunga utang yang membengkak. Keadaan itu juga terus memberi kontraksi pada nilai tukar yang masih bertengger di kisaran Rp13.000.
“Struktur penerimaan pajak dalam APBN yang makin menurun. Padahal, lebih dari 80% penerimaan APBN bergantung pada pajak. Kita memang tertolong dengan adanya hasil tax amnesty. Namun, itu juga belum maksimal. Sebab selain repatriasi dana dari luar negeri belum memenuhi target, juga dampaknya pada ekonomi riil belum terukur,” pungkas dia.
(Prw/Apit)‎