KedaiPena.com – Untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto sebesar 8 persen, dinyatakan industri manufatur harus menyentuh angka minimal 8,5 persen.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ahmad Heri Firdaus menyatakan untuk mencapai ekonomi 8 persen, industri manufaktur harus tumbuh kisaran 8,5 hingga 9 persen per tahun, dengan nilai produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga konstan sebesar Rp16 ribu triliun.
“Industri pengolahan adalah kontributor terbesar produk domestik bruto (PDB), pertumbuhan ekonomi selalu tergantung pada pertumbuhan industri. Biasanya kalau industrinya tumbuh, ekonominya tumbuh, kalau industri melambat, ekonomi melambat,” kata Ahmad Heri dalam diskusi INDEF, ditulis Selasa (19/11/2024).
Ia menilai, untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi tersebut memang cukup sulit. Pasalnya, saat ini nilai PDB industri atas dasar harga konstan masih sekitar Rp2.200 triliun.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan industri manufaktur hanya sebesar 4,24 persen atau sebesar Rp242 triliun terhadap PDB atas dasar harga konstan pada kuartal III 2024. Sementara itu, secara struktur, sektor manufaktur berkontribusi sebesar 19,02 persen dalam PDB harga berlaku.
Ia menyataan pemerintah setidaknya bisa terlebih dahulu mengerek pertumbuhan ekonomi ke level 6 persen. Dengan target tersebut sektor industri pengolahan harus menyumbang rata-rata pertumbuhan dari 2025 sampai 2045 sebesar 7,5 persen.
“Nah kalau mampu mencapai 6 persen, di tahun 2041 kita mampu menjadi negara maju,” ungkapnya.
Apabila industri manufaktur mampu tumbuh 7,5 persen, maka nilai PDB industrinya harus mencapai Rp12.000 triliun atas harga konstan, atau harus naik enam kali dari kondisi saat ini.
“Ini menjadi tantangan, bagaimana meningkatkan PDB industri, apakah dari produktivitas tenaga kerja, apakah dari nilai investasi, atau apakah dari fiskalnya,” ungkapnya lagi.
Disampaikan, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) sektor industri ditargetkan berkontribusi 30 persen ke PDB. Meningkat dari kondisi saat ini sebesar 18,5-19 persen dari PDB. Sehingga, agar sektor industri dan pertumbuhan ekonomi mini bisa tumbuh sekitar 8 persen, maka semua sektor ekonomi dari pertanian hingga jasa produktivitas total faktor (PTF) harus tumbuh 3,20 persen. Faktanya, PTF dalam 10 tahun terakhir belum pernah tumbuh mencapai 3,20 persen.
“Dalam 10 tahun terakhir PTF paling 1,5 persen, Nah kita harus mendongkrak ini. PTF itu isinya yang dominan adalah tenaga kerja dan capital atau modal,” kata Ahmad Heri.
Ia pun menyatakan, untuk mendorong industri dan pertumbuhan ekonomi, investasi Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) harus tumbuh sekitar 18 persen dan kinerja ekspor rata-rata konsisten harus tumbuh 12 persen di 2025-2024.
“Ini tidak mudah. Untuk meningkatkan PTF selama ini terkendala ICOR yang masih tinggi sekitar 6. Artinya untuk memproduksi satu barang, diperlukan banyak modal. Berbeda dengan negara lain yang ICOR nya kecil, untuk memproduksi satu barang hanya dibutuhkan sedikit modal. Nah ini menjadi tantangan, meski investasi yang datang banyak, tapi ternyata investasinya tidak efisien terlihat dari ICOR tinggi, harus ada perbaikan, seperti dari biaya logistik dan energi,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa