KedaiPena.Com – Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani Aher mengaku khawatir, kenaikan sejumlah bahan pokok seperti telur, minyak goreng, cabai rawit, bawang merah dan putih berpengaruh pada tidak terpenuhinya gizi keluarga.
“Jika bahan-bahan pokok terus mengalami kenaikan dan tidak bisa dikendalikan, maka yang paling terdampak adalah masyarakat menengah ke bawah. Masyarakat akan kesulitan menjangkau bahan pokok bergizi yang bisa memicu semakin parahnya kondisi stunting di Indonesia. Tahun 2021 saja angka stunting kita masih 24,4 persen yang berarti masih di atas ambang batas ketetapan WHO ” kata Netty sapaanya, Selasa, (11/1/2022).
“Bahkan telur yang dikonsumsi masyarakat sebagai sumber protein sekarang harganya luar biasa mahal di pasaran. Padahal telur ini merupakan sumber protein yang bisa dibeli masyarakat dengan harga terjangkau. Jika telur saja sudah mahal, maka bagaimana lagi caranya masyarakat menengah ke bawah bisa memenuhi kebutuhan protein keluarga? Ayam, ikan atau bahkan daging tentunya jauh lebih mahal lagi harganya” ungkap Netty.
Kekhawatiran Legislator Dapi Cirebon-Indramayu ini sulit dibantah. Pasalnya, dalam laporan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) pe Rabu (29/12) saja, kenaikan bahan pokok paling tinggi terjadi pada elur ayam ras segar yang dibanderol Rp 30.300 per kilogram atau naik Rp 700 (2,36%).
“Kenaikan demi kenaikan harga bahan pokok ini juga sangat kontras dengan minimnya kenaikan upah minimum provinsi. Upah minimum tahun 2022 hanya naik sebesar 1,09 persen. Bahkan ada daerah yang UMP-nya hanya naik Rp14 ribu dibandingkan tahun sebelumnya” terangnya.
Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI, ini juga menyoroti aksi pemerintah yang menggelar operasi pasar guna membuat hargabahan pokok lebih stabil.
“Saya kira operasi pasar saja tidak akan cukup dalam menstabilkan kembali harga bahan pokok. Apalagi operasi ini banyak digelar di luar pasar, sementara masyarakat lebih banyak berbelanja di dalam pasar,” beber Netty.
Netty menyarankan, pemerintah perlu mengambil langkah pencegahan terutama dengan memastikan keamanan suplai.
“Jangan hanya sekadar menggelar operasi pasar yang setelah itu tidak ada tindak lanjutnya lagi,” pungkas Netty.
Laporan: Muhammad Hafidh