KedaiPena.com – Salah satu project besar pemerintahan Joko Widodo adalah Ibu Kota Negara Nusantara, yang digadang-gadang akan tumbuh sebagai kota ramah lingkungan dan modern. Tapi sayangnya, hingga saat ini, sepertinya masih terkendala faktor investor.
Direktur Political and Public Policy Studies (P3S) Jerry Massie menyebutkan bahwa sungguh ironi, tragis dan memalukan pilot project yang superior dari pemerintahan Jokowi terkait investasi asing di ibu kota negara (IKN), yang baru, namun sampai saat ini investor masih nihil alias kosong.
“Waktu lalu juga, sempat ada sejumlah investor yang kabur, salah satunya Maybank Jepang, tapi mereka gagal menamkan sahamnya. Padahal Jokowi dengan segala kekuatannya sudah membuka diri bagi inveator asing tapi semuanua menolak. Bahkan iming-iming puluhan tahun free tax atau bebas bayar pajak. Namun semua itu tak dkgubris investor asing,” kata Jerry, dikutip Minggu (30/4/2023).
Bahkan, kata Jerry melanjutkan, yang lebih tragis lagi, Elon Musk menolak Indonesia untuk sebagai tempat berinvestasi. Bos Tesla dan Twitter ini lebih memilih Malaysia dan RRC ketimbang Indonesia.
“Faktor utamanya adalah masalah keamanan dalam negeri. Jadi investor takut berinvestasi,” ucapnya.
Selanjutnya, ungkap Jerry, mereka sudah tahu Jokowi suka berkata bohong dan ngibul jadi tak ada unsur public trusting sampai investment trusting.
“Jadi mereka takut mananamkan sahamnya. Jokowi lupa negara-negara Eropa, Amerika, Jepang dan Korea sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran. Jadi saat melihat watak Jokowi yang kerap tak berkata jujur membuat mereka apatis dan skeptis tentang Indonesia,” ujarnya.
Faktor ketiga kenapa investor asing gagal menanamkan sahamnya, lebih diakibatkan oleh self confidence (kepercayaan diri) di luar batas atau sudah terlalu berlebihan baik dari Jokowi dan anak buahnya. Bahkan terlalu over acting dalam memburu investor. Paling tragis banyak yang belum terima gaji, ini sifat buruk dari rezim ini.
“Keempat, hampir rata-rata orang yang ditunjuk Jokowi low quality (kualitas rendah) dan buta soal diplomasi dan sisi market place and marketing factor (pangsa pasar dan faktor pemasaran). Dan bagi investor asing berpandangan pemerintah Indonesia dinilai terlalu arogan dan asas manfaatnya tinggi,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa