KedaiPena.Com – Presiden Joko Widodo sudah bagus memerintahkan kepada anak buahnya untum meningkatkan surplus perdagangan dan ‘current account deficit’ (CAD). Caranya dengan meningkatkan perdagangan dari perjanjian-perjanjian dagang.
Sayang, dalam pelaksanaan teknis niat presiden malah terganjal. Bulan lalu saja, ada perjanjian dagang dengan Korea Selatan yakni Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Korea (IK-Comprehensive Economic Patnership Agreement/IK-CEPA), yang malah merugikan Indonesia.
Pemerintah Indonesia setuju kurangi tarif untuk impor Korea ke Indonesia untuk baja dan produk baja, mobil dan produk mobil, tekstil dan mesin tekstil.
“Buat Korea ini daging,” kata begawan ekonomi Rizal Ramli di Jakarta, ditulis Minggu (22/12/2019).
Sementara Indonesia minta Korea untuk menurunkan tarif produk non unggulan seperti bir, gula dan ‘bunker oil‘
“Berapa sih ekspor bir kita. Lalu ekspor gula. Saya kaget, Indonesia ini bukan eksportir gula. Kita setiap tahun impor dua juta ton gula,” geram Menko Perekonomian 2000-2001 ini.
“Jadi seseorang menggunakan kekuasaan di republik ini untuk beli gula dari Australia, dari Bangkok (Thailand), kemudian dikasih cap Indonesia, terus dimasukkan ke Korea dengan tarif turun. Ini ada yang main,” kecewa dia.
Memang benar Korea mau investasi mobil di Bekasi, sekitar 2 miliar dolar AS. Tapi, Rizal memprediksi, kalau model kesepakatan dagang yang terjadi terus seperti ini, Indonesia bisa defisit neraca perdagangan 1,5 sampai 2 miliar dolar AS. Ini bisa terjadi setahun, dua tahun ke depan.
“Indonesia dapet tulang. Tulangnya juga bukan punya kita. Kita bukan eksportir gula,” lanjut eks Tim Panel Ekonomi PBB ini.
“Delapan menteri yang ke sana (Korea) tapi gak baca ini. Ngapain ramai-ramai ke sana tapi gak bisa baca ini. Artinya apa? Presiden sudah bagus ngomong yang besar, kurangi CAD, tingkatkan surplus perdagangan, dan menteri teknis harus melaksanakan. Tapi yang terjadi sebaliknya. Ada inkonsistensi antara Presiden dan menteri teknis,” tandas RR.
Untuk diketahui, Menteri Perdagangan RI Agus Suparmanto dan Menteri Perdagangan Korea Selatan Yoo Myung-hee menandatangani Deklarasi Bersama Penyelesaian Perundingan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (Indonesia-Korea Comprehensif Economic Partnership Agreement/IK-CEPA) hari ini, Senin (25/11/2019) di Busan, Korsel.
Penandatanganan tersebut disaksikan Presiden Indonesia Joko Widodo dan Presiden Korsel Moon Jae-in di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Peringatan 30 Tahun Hubungan Kemitraan Asean-Korsel (Asean-RoK Commemorative Summit). Deklarasi Bersama ini sekaligus menandai kedua negara kini selangkah lebih dekat menuju penandatanganan IK-CEPA. Sebelumnya, secara substansial, kedua tim perunding menyelesaikan perundingan IK-CEPA pada Oktober 2019.
“Penyelesaian IK-CEPA merupakan tonggak sejarah baru dalam hubungan ekonomi Indonesia-Korsel. Lebih dari sekadar perjanjian perdagangan bebas (FTA), IK-CEPA merupakan kemitraan komprehensif kedua negara di bidang perdagangan barang, jasa, penanaman modal, ketentuan asal barang, serta kerja sama ekonomi,” ungkap Agus melalui keterangannya.
Laporan: Muhammad Lutfi