KedaiPena.Com – Ketua Fraksi Partai Hanura di DPR Inas Nasrullah Zubir meminta agar masyarakat tidak terkecoh dengan istilah Ijtima Ulama yang baru-baru ini memutuskan untuk mendukung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Inas begitu ia dipanggil mengungkapkan bahwa istilah Ijtima Ulama sama sekali tidak ada kaitannya dengan fiqih dalam ajaran Islam. Ijtima jika dalam bahasa Arab dapat diartikan sebagai kumpul-kumpul atau bahasa gaulnya kongkow-kongkow.
“Jadi Ijtima Ulama dan tokoh nasional artinya kongkow-kongkow ulama dan tokoh nasional,†ujar Inas kepada wartawan, Selasa (18/9/2018).
Inas menambahkan, kongkow-kongkow yang hanya dihadiri sekian puluh ulama dan beberapa gelintir tokoh nasional yang tidak semuanya muslim, tidak boleh mengatas namakan ulama dan umat Islam seluruh Indonesia.
Inas menilai itjma ulama tersebut adalah bagian dari strategi pemenangan kubu capres Prabowo Subianto untuk mencuri perhatian umat Islam Indonesia menjelang pilpres 2019.
“Oleh karena itu, sekian puluh ulama yang hadir dalam Ijtima tersebut tentunya juga bukan mewakili jutaan ulama yang ada di Indonesia. Dan mereka tidak boleh mengatasnamakan ulama seuruh Indonesia. Pasalnya ada institusi ulama yang diakui oleh umat Islam dan ulama Indonesia adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI),†tegas anggota Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf ini.
Tak hanya itu, lanjut Inas, kongkow-kongkow ulama dan tokoh nasional jilid 2 yang berlangsung pada hari minggu juga menjadi pertunjukan dagelan yang menggelikan.
Pasalnya, kata Inas, kewibawaan Ijtima Ulama jilid 1 tidak diindahkan oleh Prabowo, karena usulan cawapres mereka yakni Salim Asegaf dan UAS dipandang sebelah matapun oleh Prabowo.
Di mana kala itu, ungkap Inas, Prabowo lebih nyaman memilih Sandiaga Uno sebagai cawapresnya bahkan telah mendaftar secara resmi ke KPU.
“Sehingga dengan terpaksa mereka membuat keputusan tentang cawapres yang disesuaikan dengan selera Prabowo yakni Sandiaga Uno. Pertunjukan dagelan ini pun menyisakan pertanyaan besar dari masyarakat yakni, apakah ini merupakan keputusan atau keputusasaan?,†tanya Inas.
Selain itu, tegas Inas, bagian dagelan lainya adalah soal pakta integritas, yang dimana salah satu poinnya meminta Prabowo untuk merehabilitasi, menjamin kepulangan, serta memulihkan hak-hak Habib Rijieq Shihab (HRS). Padahal semua kasus pidana HRS sudah di SP3-kan oleh Kepolisian.
“Terkesan lucu permintaan mereka tersebut. Kenapa harus meminta hak-haknya HRS dipulihkan? Bukankah tidak ada hak-hak HRS yang disandera oleh pemerintah?, memangnya HRS tahanan politik yang melarikan diri?,†tanya Inas.
Inas menegaskan, bahwa justru poin dari pakta integritas tersebut, malahan menjadi dugaan yang memunculkan pertanyaan besar, kenapa HRS tidak mau pulang ke Indonesia.
“Padahal seluruh kasus pidana-nya sudah dihentikan penyelidikan-nya? Apakah ada sesuatu atau seseorang yang membuat HRS enggan atau sulit untuk pulang? artinya bahwa yang menahan HRS belum bisa pulang, adalah persoalan pribadi HRS sendiri,†beber Inas.
Disambut Takbir
Calon Presiden Prabowo Subianto menghadiri Ijtima Ulama II yang dilaksanakan di Hotel Grand Cempaka, Jakarta Pusat, Minggu (16/9/2018). Kehadiran Prabowo langsung disambut gemuruh takbir dari para peserta sidang yang telah menunggunya di ruang Cempaka II tempat dilaksanakannya Ijtima.
“Takbir, Allahu Akbar, Takbir, Allahu Akbar,” gemuruh peserta ijtima saat menyambut kedatangan Prabowo.
Prabowo yang mengenakan kemeja putih berpeci hitam itu, langsung dipersilahkan duduk dibarisan depan bersama para alim ulama, tokoh agama, habaib, dan tokoh-tokoh nasional seperti Ketua MPR Zukifli Hasan, Wakil Ketua DPR Fadli Zon, Mantan Panglima TNI Djoko Santoso, MS Kaban, Priyo Budi Santoso serta Egi Sudjana.
Ijtima Ulama II yang diadakan hari ini, merupakan lanjutan Ijtima Ulama sebelumnya soal rekomendasi capres-cawapres. Kala itu, untuk posisi cawapres, GNPF Ulama mengusulkan pencalonan Ustaz Abdul Somad dan Salim Segaf Al-Jufri. Namun, karena situasi politik, keduanya tidak dipilih dan memutuskan mengambil Sandiaga Uno sebagai cawapres.
Ijtima Ulama II ini merupakan penegasan sikap terhadap dukungan kepada calon presiden dan calon wakil presiden pada Pemilu 2019 mendatang. Dan hasilnya, Ijtima Ulama II memutuskan secara resmi mendukung pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahuddin Uno di Pilpres 2019. Dukungan tersebut ditandai dengan penandatanganan Pakta Integritas oleh Prabowo Subianto.
“Kita, ditempat ini, Ijtima Ulama yang kedua dan Pakta Integritas yang telah kita tanda tangani akan kita serahkan kepada paslon Prabowo Subianto,” kata Ketua GNPF Ulama, Muhammad Yusuf Martak.
Sebelum menandatangani pakta integritas secara bersama, Prabowo Subianto diberikan kesempatan untuk menyampaikan arahan dan pandangannya terhadap keputusan tersebut.
Prabowo mengaku terharu bahwa para alim ulama tetap mendukungnya meski ia memilih Sandiaga Salahuddin Uno sebagai pendampingnya dalam Pilpres 2019 mendatang.
“Saya terharu kepada saudara semua yang tetap mendukung saya, walaupun saya tidak bisa memenuhi usulan ijtima ulama yang pertama karena sistem politik kita. Kita harus mendapatkan dukungan 20 persen dalam pemilihan presiden mendatang,” ungkapnya.
Prabowo yang juga merupakan Mantan Panglima Komando Strategi Angkatan Darat (Pangkostrad) itu menjelaskan, bahwa dipilihnya Sandiaga Salahuddin Uno merupakan bentuk kesepakatan bersama atas kondisi politik di Indonesia yang mewajibkan perolehan ambang batas presiden atau presidential threshold sebesar 20 persen. Karena itu dibutuhkan kesepakatan bersama demi menghadirkan calon presiden dan wakil presiden dalam Pemilu 2019 mendatang.
“Demi menjaga koalisi yang kuat antara PAN, PKS, Gerindra dan alhamdulillah partai Demokrat ikut sekarang, dan akhirnya saya janji kepada GNPF ulama, siapapun yang saya pilih itu harus diterima oleh Partai koalisi serta juga harus diterima oleh GNPF ulama,” jelas Prabowo yang langsung disambut takbir oleh ribuan peserta ijtima ulama II.
Prabowo memastikan bahwa pilihannya yang jatuh pada Sandiaga Salahuddin Uno sudah sangat tepat dengan kondisi bangsa Indonesia sekarang ini. Ia juga memastikan bahwa Sandiaga tidak akan berkhianat kepada umat Islam, kepada bangsa dan negara Indonesia.
“Dan kalian bisa melihat sendiri saudara Sandiaga Salahuddin Uno itu saya kira orang yang tidak akan berkhianat kepada agama islam, kepada para umat Islam, dan tentunya tidak akan berkhianat kepada bangsa dan negara Indonesia,” tegasnya.
Laporan: Muhammad Hafidh