KedaiPena.com – Menyikapi data pertumbuhan konsumsi rumah tangga kuartai II 2024, IDEAS melihat adanya masalah serius yaitu ketimpangan yang semakin tajam. Ketika kelompok kaya terus meningkatkan pengeluarannya dan secara kontras berbanding terbalik dengan pengeluaran kelas bawah yang menurun, hal ini bisa dipandang sebagai tanda ketimpangan struktural, di mana kekayaan dan kesejahteraan terdistribusi secara tidak merata.
Peneliti IDEAS, Muhammad Anwar menyatakan data tersebut juga menguak masalah mendasar dalam perekonomian kita yaitu ketergantungan pada daya beli segelintir orang yang sangat mapan, sementara jutaan rakyat masih hidup di bawah garis kemiskinan atau bekerja dalam kondisi informal dengan pendapatan yang tidak memadai.
“Konsumsi orang kaya bisa saja menopang pertumbuhan jangka pendek, tetapi ketidakadilan distribusi kekayaan dan peluang ekonomi justru memperlebar jurang antara si kaya dan si miskin,” kata Anwar, Kamis (26/9/2024).
Ia menyatakan kondisi ini bisa menciptakan ketidakstabilan sosial di masa depan, karena rakyat yang terpinggirkan merasa tidak memiliki akses terhadap kesempatan yang sama untuk meningkatkan taraf hidup mereka.
Untuk mengatasi ketimpangan ini, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan pemerintah. Pertama, pemerintah harus segera mengimplementasikan kebijakan ekonomi yang lebih adil dan inklusif.
“Kita tidak bisa hanya bergantung pada konsumsi orang kaya untuk menjaga pertumbuhan ekonomi. Solusi yang lebih berkelanjutan adalah meningkatkan daya beli masyarakat miskin dan kelas menengah melalui berbagai program pro-rakyat,” paparnya.
Kedua, pemerintah perlu memastikan akses yang lebih merata terhadap pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan yang layak. Selain itu, perlindungan sosial yang kuat bagi kelompok rentan juga harus menjadi prioritas, agar tidak ada lagi yang terjebak dalam siklus kemiskinan akibat guncangan ekonomi atau krisis.
Ketiga, redistribusi kekayaan melalui kebijakan pajak progresif juga penting untuk menciptakan ekonomi yang lebih adil. Pajak yang diambil dari kelompok kaya dapat digunakan untuk mendanai program-program sosial dan infrastruktur yang bermanfaat bagi masyarakat luas, terutama mereka yang berada di bawah garis kemiskinan.
“Selain itu, sistem pajak yang adil dapat mengurangi kesenjangan, mendorong pemerataan kesejahteraan, dan memastikan bahwa setiap lapisan masyarakat memiliki peran dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Ini juga bisa mengurangi ketergantungan pada konsumsi kelas atas, yang saat ini menjadi pilar utama perekonomian,” pungkasnya.
Sebelumnya, Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia Solikin M Juhro mengatakan, dari total porsi pertumbuhan konsumsi rumah tangga per kuartal II-2024 yang sebesar 4,93 persen, mayoritas didominasi konsumsi kelas atas sebesar 2,30 persen, sisanya kelas menengah 1,74 persen dan kelas bawah 0,89 persen.
Porsi itu tumbuh tipis untuk setiap golongan kelas masyarakat dibanding kuartal sebelumnya. Sebab, saat konsumsi rumah tangga tumbuh 4,91 persen pada kuartal I-2024, porsi konsumsi kelas atas 2,29 persen, kelas menengah 1,73 persen, dan kelas bawah 0,88 persen.
Jika dibandingkan dengan periode sebelum krisis Pandemi Covid-19, struktur porsi konsumi ini tak ada perubahan. Pada kuartal IV-2019, saat konsumsi rumah tangga tumbuh 4,97 persen, porsi kelas atas juga masih 2,29 persen, kelas menengah 1,82 persen, dan kelas bawah 0,86 persen.
Laporan: Ranny Supusepa