IBADAH atau ubudiyah, apapun jenisnya, tak terkecuali ibadah puasa Ramadhan, merupakan sebuah wujud pelembagaan iman. Melalui ibadah, seseorang mengekspresikan perhambaan dirinya kepada Sang Pusat Makna dan Tujuan Hidup, Sang Juragan Agung Pemilik Kehidupan dan Kematian.
Melalui ibadah itu pula bisa tercermin ekspresi tindakan-tindakan kebaktian (devotional) hasil dari proses perjalanan keimanan seseorang kepada Tuhannya.
Keimanan manusia kepada Tuhannya hanya sekedar menjadi rumusan-rumusan abstrak tanpa kehadiran perbuatan ibadah.
Dan lagi sebenarnya ibadah itu sendiri merupakan sebuah kecenderungan fitri yang melekat secara inheren pada diri setiap manusia dan alam ciptaanNya.
Nyaris tak ada manusia, baik yang percaya maupun tidak pada adanya Kekuatan Gaib Maha Perkasa Penguasa Alam Semesta, mampu terbebas sama sekali dari ekspresi pengagungan melalui ibadah atau ritus atau tindakan ritual-ritual tertentu yang khas masing-masing.
Tak terkecuali dalam kelompok manusia yang pandangan hidupnya tidak memiliki pretensi religiusitas (kesadaran berketuhanan), bahkan hendak menghapus agama sekalipun, ternyata para penganutnya itu pun justru secara alamiah membangun sistim ritual tersendiri dan bentuk-bentuk “peribadatan” tertentu.
Mulai dari menunjukkan rasa hormat kepada patung pemimpin-pemimpin tertinggi mereka seraya menangis di hadapan patung-patung itu, menunduk khidmad terhadap simbol-simbol kelompok seperti bendera partai, ekspresi penghayatan mendalam dan militan atas dogma-dogma, doktrin-doktrin dan teori-teori yang dikembangkan peminpin-pemimpin mereka.
Lihat juga misalnya bagaimana para “kaum pemuja uang” (dariyyun) melakukan ritual khasnya lewat sogok sana sogok sini, sikut sana sikut sini, injek sana injek sini untuk memperoleh uang sebesar-besarnya dan proyek sebanyak-banyaknya.
Dan lihat juga ritus ibadahnya dalam bentuk blanja-blanji ini-itu yang tak mampu dijangkau kaum miskin dan itu dilakukan dalam rangka kekhidmatannya meneguhkan perbedaaan kekayaan dirinya dengan kaum miskin yang tersebar di mana-mana.
Selamat menjalankan ibadah puasa, wahai para sahabat muslimku, dimanapun anda berada. Mohon maaf jika ada hal-hal yang tidak berkenan selama persahabatan ini kita langsungkan.
Oleh Nanang Djamaludin , Penggiat Jaringan Anak Nusantara (Jaranan)