KedaiPena.Com- Anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan (PDIP)Andreas Hugo Pareira memastikan agar partainya dapat kembali memenangkan Pilpres, Pileg hingga Pilkada di tahun 2024 nanti. Andreas yakin kemenangan itu akan menjadi kesinambungan program pembangunan menuju Indonesia emas di tahun2045.
Hal tersebut disampaikan oleh Andreas di dalam momentum HUT ke 50 PDIP yang jatuh pada tanggal 10 Januari 2022. HUT ke 50 PDIP ini bakal digelar di Jakarta International Expo (JIExpo), Kemayoran, Jakarta, Selasa (10/1/2023).
“Sebagai kader partai saya berharap dan berjuang agar partai ini kembali memenangkan Pilpres, Pileg maupun Pilkada 2024 untuk kesinambungan program-program pembagunan sebagaimana yang sudah dilaksanakan dalam satu dekade terakhir ini menuju Indonesia emas 2045 demi mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” kata Andreas, Selasa,(10/1/2023).
Andreas menuturkan bahwa usia 50 tahun untuk seorang manusia dapat dikatakan telah mencapai titik matang, dan dalam perjalanan karir seharusnya pada usia relatif mapan.
“Demikian pula dengan PDI Perjuangan. PDI Perjuangan pun telah melalui phase yang panjang dalam kesejarahannya, 50 tahun sejak fusi pada massa rejim otoritarian Orde Baru, 1973. PDI (yang kemudian menjadi PDI Perjuangan) lahir dari fusi lima partai; PNI, Parkindo, Partai Katolik, Murba dan IPKI, dibawa “tekanan” rejim Orba,” jelas Andreas.
Dari perjalanan sejarah ini, kata Andreas, paling tidak, partai Banteng moncong putih ini, telah mengalami 4 fase penting. Pertama, ialah fase kompromi dan perlawanan, 1973-1993.
“Pada massa ini PDI hidup dalam tekanan politik rejim Orde Baru, sehingga existensi partai pun sangat tergantung pada kran kontrol rejim Orde Baru. Sebagai partai nasionalis kebangsaan dengan basis ideologi Sukarnois yg dimotori unsur faksi PNI, kehadiran PDI selalu dilihat sebagai ancaman untuk stabiltas kekuasaan rezim Orde Baru,” jelas Andreas.
“Untuk mengontrol PDI, rezim Orde Baru mempraktikan politik pecah belah dan mengontrol (devide et impera). Sehingga partai banteng ini selama massa Orde Baru tidak pernah terbebas dari konflik internal,” beber Andreas menceritakan sejarah PDIP.
Untuk fase kedua, kata Andreas, ialah perlawan dan Euforia, 1993 – 2004. Andreas menuturkan, perlawanan terhadap rezim Orde Baru Suharto berawal ketika KLB PDI di Sukolilo Surabaya diikuti dengan perlawanan Megawati.
“Runtuhnya rezim Orde Baru dan lahirnya massa reformasi. Tidak berlebihan kalau dikatakan, motor utama perlawanan terhadap Orde Baru ada pada PDI dan Megawati didukung oleh mahasiswa dan massa rakyat,” papar Andreas.
Andreas menekankan, pada tersebut terjadi transisi dari PDI-PDI Pro Mega menjadi PDI Perjuangan. Andreas mengingatkan PDI Perjuangan lahir dari perlawanan Megawati bersama rakyat meruntuhkan Orde Baru.
“PDI Perjuangan pun lahir sebagai partai pemenang dengan raihan suara fantastis 33,37 %. Kegagalan Megawati menjadi presiden terpilih di MPR, tidak terlepas dari konspirasi sisa Orde Baru di MPR berkolaborasi dgn sebagian elit reformasi. Namun pada akhirnya Megawati setelah melalui tahap wakil presiden, akhirnya sejarah membuktikan 2001-2004 menjadi presiden RI ke-5,” tutur Andreas.
Andreas melanjutkan, untuk fase ketiga, dari PDIP adalah konsolidasi idelogi dan transformasi menuju partai ideologis modern. Setelah kekalahan beruntun pada pileg dan pilpres 2004 dan 2009, Ketum Megawati segera menginstruksikan untuk evaluasi menyeluruh.
“Pada masa ini, PDI Perjuangan pun, menetapkan melalui kongres partai 2005 dan 2010 untuk menjadi partai oposisi-loyal. PDI Perjuangan konsisten menjadi satu2nya partai yang berada di luar pemerintahan SBY,” tegas Andreas.
Andreas melanjutkan, secara bertahap PDIP membenahi landasan ideologi Pancasila sesuai dengan semangat kelahirannya 1 Juni 1945, membenahi organisasi, kaderisasi dan program- program kepartaian sebagai implementasi ideologi partai.
“Fase keempat, konsolidasi dan penguatan ideologi sebagai partai pemerintah. Hasil dari proses konsolidasi dan transformasi, PDI Perjuangan muncul kembali menjadi partai pemernang dua kali berturut-turut pada Pileg dan Pilpres 2014 dan 2019,” ungkap Andreas.
Andreas menambahkan, bahwa PDIP belajar dari kekalahan 2004, setelah kemenangan 1999 dan tidak terjebak dalam eforia. Andreas menerangkan, bahwa PDIP justru semakin gencar memperkuat ideologi, kaderisasi melalui sekolah partai, pembenahan manajemen kepartaian menuju partai modern berbasiskan IT.
“PDI Perjuangan menetapkan diri sebagai partai pelopor, yang ideologi Pancasila dan agenda pembangunan demi mewujudkan tujuan nasional,” pungkas Andreas.
Laporan: Tim Kedai Pena