KedaiPena.Com – Penolakan staff humas Pertamina terhadap seorang wartawan Energy World (EW) pada buka puasa di Pullman Hotel, Rabu (27/6) pekan lalu berbuntut panjang. Pihak EW akhirnya melayangkan keberatan terkait penolakan itu.
Keberatan itu dengan melakukan klarifikasi kepada VP Communication Pertamina Wianda melalui pesan singkat Whatsapp. Sayang, kembali, jawaban yang dinilai tidak pantas kembali diterima oleh EW.
“Semua wartawan ok ok saja liput. Sayangnya hanya makan malam, tanpa wawancara kemudian langsung pulang,†demikian jawaban VP Communication Pertamina Wianda melalui WA kepada EW beberapa waktu lalu.
EW mengeluhkan jawaban itu. Bukan saja karena tidak pantasnya jawaban itu, tapi juga karena jawaban yang diberikan oleh Wianda, bukanlah substansi pertanyaan EW, yakni terkait penolakan peliputan. “Jangan anggap kita mau makan gratis ya,†kata jurnalis EW.
Pihak EW menjelaskan, dalam acara tersebut, kehadiran jurnalis EW telah terkonfirmasi melalui pihak penyelenggara yakni Abigail. Jurnalis EW tercatat menjadi undangan dalam acara buka puasa bersama itu.
“Kami bukanlah media abal-abal seperti yang dituduhkan Humas Pertamina. Majalah Kami ada dan terbit tiap bulan dengan 13 media online. Dan, kami bukan penganut media yang hanya mencari makan gratis dan suka amplop dari sumber berita. Praduga ini jelas merupakan pelecehan terhadap tugas jurnalistik,†tegas EW memberi catatan atas penolakan tersebut.
Penelusuran Tim EW, PT Royston Advisory Indonesia diketahui sebagai konsultan Media Relationship PT Pertamina. Didalamnya terdapat sejumlah tokoh penting diantaranya Edward Depari. Perusahaan itu sendiri memiliki dua kantor yakni di UOB Building Sudirman dan Manhattan TB Simatupang.
Sejumlah komentar terkait penolakan itu pun bermunculan. Salah satunya desakan untuk melakukan audit keuangan konsultan media, yang diduga kerap menjadi pintu pengeluaran anggaran yang tidak wajar.
“Penunjukan konsultan pelaksana kegiatan tersebut juga diragukan rekam jejak dan kredibilitasnya. Bisa jadi dugaan, penunjukan konsultan ini beraroma KKN. Sehingga profesionalitasnya sangat diragukan, memancing dugaan publik adanya korupsi. Setiap kegiatan bisa jadi perlu ditelusuri,†ujar seorang sumber.
Sementara itu, Pengamat Komunikasi dari Pusat Kajian Komunikasi Indonesia (PPKI) Nasrullah menyayangkan adanya penolakan itu. Dosen salah satu kampus swasta di Jakarta itu mengatakan, prinsip kerja di kehumasan Pertamina juga terkait dengan kode etik, yang tak boleh melakukan diskriminasi dan kebohongan publik.
“Itu contoh kecil kebobrokan pelayanan publik oleh Pertamina. Mereka harus sadar bahwa itu bukan perusahaan nenek moyangnya. Modal perusahaan dari keuangan Negara yang dipisahkan. Suruh mereka memahami isi UU BUMN,†ketus Nasrullah.
Sementara itu, sumber lain dari internal Pertamina menyebutkan, tidak semua Direksi mengetahui adanya acara buka puasa bersama itu. “Bisa jadi acara itu dirancang sebagai pencitraan figur Dwi Sucipto yang sedang dipromosikan sebagai calon Menteri BUMN,†kata sumber.
Acara tersebut juga memunculkan sejumlah kejanggalan. Yakni dugaan pencitraan pribadi Wianda dan bukan pencitraan korporasi perusahaan. Dimana, yang seharusnya melakukan jumpa pers adalah Direktur Pemasaran dan Niaga Ahmad Bambang, yakni soal penjelasan kesiapan Pertamina dala melancarkan arus mudik dan acara lebaran di seluruh pelosok tanah air. Namun, pada hari yang sama Ahmad Bambang sedang mengadakan inspeksi ke Depo BBM Ujung Berung Bandung.
Informasi lain menyebutkan, pencitraan Wianda itu juga terkait kabar reshuffle kabinet yang rencananya akan digelar paskalebaran nanti. Dimana jika Rini Soemarno tetap menjadi Meneg BUMN, maka Wianda diduga akan mendapatkan posisi strategis menjadi Direktur Utama Pertamina menggantikan Dwi Daryoto. Posisi itu sebagai balas budi atas jasa Wianda yang menjaga pencitraan Rini Soemarno di media.
(Dom)