KedaiPena.Com – Banyak diantara kaum muslimin yang berilmu. Tapi ilmu yang dia miliki adalah ilmu tentang dunia. Padahal. kalau belajar Al Qur’an, dia akan dapat dunia dan akhirat.
“Kita kalau ingin bicara ekonomi sudah diajarin dalam Al Qur’an. Di mana ekonomi yang membangun masyarakat. Bagaimana ekonomi yang membuat negeri jadi makmur tentram sentosa. Sudah diajarkan dalam Al Qur’an,” kata Ust. Syafiq Riza Basalamah dalam sebuah kesempatan.
Begitu juga tentang ilmu jurnalistik. Di negeri ini, jurnalistik yang ada, media yang ada benar-benar media yang jauh dari mendidik masyarakat.
“Bahkan media-media yang ada sebagian diantaranya malah memprovokasi masyarakat, mengajak masyarakat agar mereka melakukan tindakan kriminal. Jadi media membantu masyarakat Indonesia untuk berbuat kejahatan,” sambungnya.
Jurnalistik, sambungnya, seharusnya belajar, bagaimana sekarang menyampaikan berita. Apa berita yang seharusnya disampaikan. Yang tidak bermanfaat tidak perlu diceritakan, tidak perlu detail.
“Contohnya, Allah ceritakan dalam Al Qur’anul karim tentang kejadian Nabi Yusuf Alaihissalam. Surat ke 12 dalam Al Qur’an. Ini kalau kita mau bicara tentang tindak kriminal yang berbau zina, berbau pemerkosaan. Dalam Al Qur’anul karim Allah ceritakan tentang Nabi Yusuf ketika Julaeha mengajak Nabi Yusuf. Kemudian dikejar Nabi Yusuf dan menuju pintu, semua pintu ditutup, kemudian ketemu sama tuannya, lalu terjadilah dialog, selesai,” jelas dia.
Tidak ada diceritakan itu jam berapa, apa saja yang dilakukan, dimulai dengan bagaimana, dan diakhiri dengan bagaimana, tidak ada ujungnya, yang dibutuhkan masyarakat itu adalah sanksi yang diberikan.Â
“Itu yang dibutuhkan masyarakat. Kalau kita ingin memberikan media yang mendidik masyarakat,” tegas dia.
Masyarakat tidak perlu tahu bagaimana kejadian detailnya. Tapi untuk shock terapi masyarakat, orang yang melakukan kejahatan bagaimana ia diberi sanksi.
“Kita lihat umpamanya kejahatan mutilasi, Allahu Akbar! Yang diceritakan adalah proses mutilasinya, proses kejahatan itu. Tapi ending dari hukum yang diberikan? Hilang dari pemberitaan media,” kata dia menyayangkan.
Misalnya lagi, diceritakan bagaimana perampokan memasuki rumah, jam berapa, apa saja yang dilakukan, kemudian ia matikan cctv, dan dia mencongkel pintu, dan diceritakan detail alat congkelnya adalah linggis. Satu temannya menunggu, satu temannya lagi beraksi di dalam, kemudian yang satu lagi apa, ini dan itu dijelaskan semuanya.
“Apa yang didapat masyarakat? Dapat ilmu cara merampok! Itu realita, begitu pula pemerkosaan, begitu pula perjudian dan lain-lainnya. Itu semua diceritakan dengan detail yang tidak dibutuhkan oleh masyarakat. Masyarakat butuh ‘shock’ terapinya,” kata dia mengingatkan.
“Hukumnya apa? Itulah yang dibutuhkan masyarakat. Al Qur’an sudah menjelaskan, subhanallah. Allah Subhanahu wata’ala menjelaskan dalam Al Qur’anul karim, tibyanan likulli sya’i. Penjelasan untuk segala sesuatu,” tandas dia.
Laporan: Anggita Ramadoni