KedaiPena.Com – Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2021 diperingati berbagai komunitas di pinggir Kali Cisadane, Keranggan, Tangerang Selatan, tempo hari.
Ada sekitar 50 Komunitas dan Lembaga/Instansi (Lintas Komunitas) yang bergabung dalam kegiatan Aksi Bersih Cisadane ini. Komunitas tersebut beragam aktivitasnya, ada komunitas yang bergerak di bidang Kebudayaan, Kesenian, Kerajinan, Keagamaan, Lingkungan, Sejarah, Kemanusiaan, Pendidikan, Pencinta Alam dan lain-lain.
Maulana, Panitia Acara HPSN 2021 ini mengatakan, komunitas-komunitas ini tidak hanya berasal dari Tanggerang Selatan saja tapi lintas wilayah se-Jabodetabek.
“Mereka semua sepakat untuk menjaga lingkungan dan kelestarian alam agar terciptanya kehidupan yang harmonis dan nyaman,” kata dia kepada KedaiPena.Com, Selasa (23/2/2021).
Aksi Bersih Cisadane secara teknis dibagi menjadi 4 kelompok kegiatan (giat). Giat pertama membersihkan sampah yang ada di sekitar aliran sungai dan di kolong jembatan.
“Giat kedua membersihkan sampah di area perkebunan yang berada disekitar sungai. Giat ketiga membersihkan sampah di area pemukiman penduduk. Dan Giat keempat melaksanakan penanaman pohon (penghijauan),” ujarnya.
Di harapkan dari peringatan Hari Peduli Sampah Nasional ini, dengan kegiatan Aksi Bersih Cisadane mampu memberikan kesadaran kepada masyarakat luas betapa pentingnya menjaga kebersihan.
“Juga untuk menunjukkan pentingnya merawat aliran sungai agar tidak terhambat (tersumbat) oleh sampah dan mampu memberikan perubahan pola perilaku masyarakat kearah yang lebih maju dan ramah terhadap lingkungan,” lanjutnya.
Kegiatan Aksi Bersih Cisadane inipun menjadi ajang silaturrahmi para penggiat komunitas dari berbagai bidang dan berharap tetap terus berkolaborasi sebagai kontrol sosial yang mampu menjaga lingkungan dan memberikan menfaat bagi masyarakat luas.
“Ke depan akan membentuk komunitas yang terdiri dari gabungan lintas komunitas untuk menjaga kelestarian lingkungan dan kegiatan kemanusiaan,” tandasnya.
Sejarah HPSN
HPSN yang diperingati setiap tanggal 21 Februari oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan adalah untuk mengenang peristiwa di Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat, pada 21 Februari 2005.
Sampah menjadi mesin pembunuh yang merenggut 157 jiwa melayang dan membuat dua kampung yakni Cilimus dan Pojok, hilang dari peta.
Bencana terjadi akibat curah hujan yang tinggi dan ledakan gas metana pada tumpukan sampah, sehingga membuat longsoran dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah dan menimbun dua kampung tersebut.
Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir seluruh Negara di dunia. Tidak hanya di Negara-negara berkembang, tetapi juga di Negara-negara maju, sampah selalu menjadi masalah. Rata-rata setiap harinya kota-kota besar di Indonesia menghasilkan puluhan bahkan sampai ratusan ton sampah.
Dalam laporan sebuah penelitian yang diterbitkan di Sciencemag pada Februari 2015 menyebutkan bahwa Indonesia berada di peringkat kedua di dunia penyumbang sampah plastik ke laut setelah Tiongkok, disusul Filipina, Vietnam, dan Sri Lanka. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa fakta tentang sampah nasional pun sudah cukup meresahkan.
Masyarakat sebagai garda depan dalam penanggulangan masalah sampah harus terus diedukasi, diberikan pemahaman betapa pentingnya menjaga lingkungan dan kebersihan terutama kebersihan di lingkungannya masing-masing.
Laporan: Sulistyawan