KedaiPena.Com – Komentar Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Elia Massa Manik yang mengecilkan PT PGN Tbk (Persero) dikecam oleh sejumlah kalangan.
Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman mengatakan, sebagai CEO BUMN di sektor energi paling besar, Massa Manik berkomentar sangat tidak etis dan arogan.
“Apalagi komentar itu diucapkan Massa Manik di depan mahasiswa. Perlu diketahui, di bawah Massa Manik saat ini Pertamina telah merugi Rp 19 triliun dan elpiji 3 kg mengalami kelangkaan,” kata dia di Jakarta, Jumat (15/12).
Menurut Yusri, fakta itu merupakan kado paling pahit menyambut HUT Pertamina ke 60. Semestinya Massa Manik mengevaluasi diri terhadap kinerja Pertamina yang saat ini sangat meyulitkan orang miskin karena sulit mendapat elpiji 3 kg dibandingkan harus menghina BUMN yang lain.
Sebelumnya, di depan wisudawan IPMI International Business School Jakarta pada Rabu (13/12), Massa Manik berkomentar bahwa dirinya tidak berminat terhadap rencana holding migas yang tengah disusun Kementerian BUMN.
“Sekalipun PGN bergabung dengan Pertamina itu tidak akan banyak membantu. Mereka terlalu kecil. Saya dapat menunjuk seorang VP (vice president) untuk mengelola perusahaan itu. Saya tidak sedang bercanda,†komentar dia.
Di sisi lain, lanjut Yusri, adanya ucapan selamat HUT oleh Presiden Jokowi yang sengaja diviralkan oleh pihak Pertamina, akan dilihat publik bahwa kerugian Pertamina sebesar Rp 19 triliun dan kelangkaan elpiji 3 kg terkesan merupakan kebijakan Presiden.
“Itu sama saja memojokkan posisi Presiden Jokowi. Sudah dapat diduga ucapan selamat HUT Pertamina dari Presiden demi pencitraan Massa Manik,” ujar dia.
Yusri dengan nada pedas pun menilai bahwa Pertamina di bawah Massa Manik
terkesan mempolitisasi ucapan selamat HUT Pertamjna dari Jokowi untuk dijadikan iklan.
“Saya lihat beberapa kali tayang di televisi swasta. Ini seolah ingin mempersepsikan ke publik bahwa kerugian operasional pertamani sebanyak Rp 19 triliun akibat kesalahan lemerintah, termasuk soal tidak mengoreksi harga jual premium, BBM satu harga, dan pembatasan alokasi subsidi elpiji 3 kg,” kata dia.
Pendapat Yusri, publik lebih ingin mendengar pernyataan Massa Manik dalam langkah efisiensi, bukan malah mengecilkan BUMN lain khususnya PGN.
“Pernyataan Massa Manik itu bisa menghambat Kementerian BUMN dalam melakukan pembentukan BUMN holding migas. Kalaupun terbentuk akan terjadi friksi yang tajam sesama BUMN. Ini sama saja Massa Manik melawan Jokowi dan Menteri Rini Soemarno secara frontal,” tegas dia.
Komentar Massa Manik tersebut, imbuh Yusri, bisa akan menurunkan kinerja holding migas BUMN yang akan segera dibentuk. Kemudian, fakta lain yang terjadi saat ini adalah konsidi keuangan Pertamina sangat memprihatikan dalam menyumbang laba untuk pemerintah, kalah dibandingkan dengan PT Telkom Indonesia Tbk.
“Masa Manik jangan malu belajar kepada direksi Pertamina lama yang berhasil mencetak laba besar disaat semua NOC diseluruh dunia banyak melakukan PHK terhadap karyawannya,” ucap dia.
Yusri menegaskan, kalau presiden tidak cepat melakukan langkah evaluasi terhadap kinerja Massa Manik maka bisa dipastikan hal itu akan memengaruhi kinerja dan prestasi pemerintah di mata publik.
Laporan: Muhammad Hafidh