KedaiPena.Com – Bank Indonesia (BI) diminta dapat menaikkan suku bunga guna mencegah dampak inflasi Amerika Serikat atau AS yang mencapai hingga 9,1 persen di Juni 2022. Cara itu perlu dilakukan guna menghindari pelemahan rupiah lebih lanjut akibat dampak dari inflasi AS.
Hal tersebut disampaikan Rektor Perbanas Institute Hermanto Siregar merespons langkah pemerintah guna hadapi dampak inflasi yang terjadi di AS pada Juni 2022 ini. Inflasi di negeri pimpinan Joe Biden sendiri mencapai 9,1 persen.
“Bila inflasi kita beberapa waktu ke depan ikut naik, bisa jadi BI akan meningkatkan suku bunga kebijakan guna mencegah inflasi yang tinggi dan menghindari pelemahan rupiah lebih lanjut,” kata Hermanto begitu ia disapa, Sabtu, (16/7/2022).
Hermanto menerangkan, kenaikan suku bunga tersebut akan menyebabkan turunnya investasi dan konsumsi masyarakat. Sehingga, kata dia, akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan menurun.
“Bila suku bunga tidak dinaikkan, mungkin pertumbuhan ekonomi bisa lebih stabil, namun inflasi akan meningkat,” papar Hermanto.
Dengan demikian, tegas Hermanto, BI harus benar-benar cermat menghitung waktu yang tepat untuk menaikkan suku bunga. Termasuk, kata dia, beberapa kali langkah menaikkan suku bunga dan besaranya.
“Jadi BI harus benar-benar cermat menghitung kapan waktu yang tepat untuk menaikkan suku bunga, berapa kali akan dinaikkan dalam tahun ini, dan berapa besar dinaikkan. Selain itu, instrumen kebijakan moneter lainnya yang biasa digunakan juga tetap digunakan sesuai kondisi,” ungkap Hermanto.
Hermanto mengakui, jika situasi yang terjadi di AS saat ini sangatlah kompleks. Pasalnya, lanjut dia AS telah meningkatkan federal fund rate atau suku bunga bank sentral 100 basis point.
‘Situasi ini lumayan kompleks. Untuk mengatasi inflasinya yang cukup tinggi, AS meningkatkan federal fund rate (suku bunga bank sentral) 100 basis point. Akibatnya, kurs USD menguat terhadap Euro dan mata uang lainnya,” pungkas Guru Besar IPB ini.
Laporan: Muhammad Lutfi