KedaiPena.Com – Peringatan haul Haji Oemar Said Tjokroaminoto dilaksanakan oleh Pergerakan Tjokro Muda di Bekasi, 22 April 2021.
Tokoh pendiri bangsa Indonesia yang melahirkan 3 tokoh pendiri bangsa yakni Semaun, Soekarno dan Kartosuwiryo, tersebut wafat pada 10 Ramadan 1353 Hijriah di Jogjakarta karena sakit selama setahun sebelumnya.
Koordinator Pergerakan Tjokro Muda, Azwar Muhammad mengatakan bahwa semangat gerakan perlawanan terhadap kolonialisme harus tetap dikobarkan di era millenium ini.
“Pak Tjokro adalah figur pemimpin yang rela melepaskan gelar kebangsawanannya demi merasakan denyut nadi rakyat dengan bekerja sebagai buruh panggul di pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Padahal beliau memiliki gelar kebangsawanan sebagai cucu dari bupati Ponorogo,” kata Azwar dalam keterangannya, Jumat (23/4/2021).
Semangat gerakan perlawanan kolonialisme untuk mencapai kemerdekaan Indonesia yang saat itu masih mencari bentuk sejatinya, kata Azwar, hendaknya menginisiasi kaum muda milenial saat ini untuk tetap menggelorakan perlawanan terhadap penjajahan.
“Tema saat ini terhadap neokolonialisme dan neoimperialisme masih sangat relevan dalam konteks kemerdekaan Indonesia. Jika dahulu di jaman Pak Tjokro tema perlawanannya adalah kolonialisme dan imperialisme saya kira posisi kita tidak berubah jauh dari tema nasionalisme ini,” tegas Azwar.
Oleh karena itu, Azwar yang juga pegiat UMKM, menginisiasi kaum milenial untuk tetap meneladani pemikiran dan gerakan politik HOS Tjokroaminoto.
“Di haul Pak Tjokro saat ini yang di usia mudanya telah berbuat nyata bagi kemerdekaan Indonesia musti memberi semangat nyata bagi kaum muda milenial untuk memberi kontribusi nyata dalam mengisi kemerdekaan,” tandasnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum DPP Prima, Maruf Asli Bakti mengatakan bahwa gerakan yang diinisiasi HOS Tjokroaminoto telah membuktikan bahwa Indonesia memiliki kemajemukan kultur dan karakter politik yang sudah bersemayam di tengah masyarakat dalam berbagai suku bangsa.
“Dan Pak Tjokro mampu menyerap energi yang bersemayam di tengah masyarakat itu dengan memunculkan 3 tokoh pendiri bangsa dengan karakter politik masing-masing dan itu bermuara pada sosialisme Islam yang nasionalis,” kata Maruf.
Presidium aktivis Simpul Indonesia, Gus Atiq menegaskan bahwa gerakan menghidupkan Tjokro adalah tanggungjawab kaum muda milenial agar tetap menjaga persatuan Indonesia dalam menjawab tantangan perubahan zaman.
“Kami di Simpul Indonesia sangat terinspirasi oleh Pak Tjokro dalam merumuskan suatu gerakan nasional yang menggairahkan pentas politik nasional untuk Indonesia yang berkemanusiaan dan berkeadilan,” ujarnya.
Laporan: Muhammad Lutfi