KedaiPena.Com – Setelah berbagai kegiatan memperingati Hari Lingkungan Hidup (HLH) Tahun 2017 dilaksanakan sejak bulan Juni lalu, kini puncak acara peringatan HLH Tahun 2017 dilaksanakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), di kompleks Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, Rabu (2/8).
Acara puncak HLH 2017 dihadiri oleh Presiden RI. Joko Widodo, sekaligus menyaksikan pemberian penghargaan bidang lingkungan hidup dan kehutanan oleh Menteri LHK, Siti Nurbaya. Pada kesempatan ini pula, Presiden Joko Widodo juga menandatangani Sampul/Perangko Hari Pertama, Seri Lingkungan Hidup Tahun 2017, dengan didampingi Menteri LHK dan Menteri Komunikasi dan Informasi, Rudiatara.
Pembukaan HLH secara resmi dipimpin oleh Presiden Joko Widodo, sekaligus membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) LHK Tahun 2017, Pekan Nasional Perubahan Iklim (PNPI), dan Kemah Generasi Lingkungan untuk Konservasi, yang dilaksanakan secara bersamaan pada tanggal 2-4 Agustus 2017.
Dalam arahannya, Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa, sebuah strategi besar pembangunan hutan yang memiliki dimensi ekonomi dan lingkungan, itu sangat penting dilakukan.
“Harus ada koreksi besar, agar ada sebuah terobosan yang baru yang harus dilakukan, sehingga pengelolaan hutan lebih baik. Jangan berfikir linier dan monoton, sehingga dalam sekian tahun ini, mohon maaf, pengelolaan hutan kita berada pada posisi yang tidak ada pembaruan,” tutur Presiden Joko Widodo.
Presiden Joko Widodo juga berpesan, dengan adanya Rakernas LHK Tahun 2017, agar dapat dirumuskan pemikiran baru, sehingga pengelolaan hutan menjadi sebuah pengelolaan yang secara konsisten dapat terus dikerjakan, dan memperoleh hasil yg baik. Pengelolaan ini menurut Presiden Joko Widodo, dapat mencontoh negara lain seperti Swedia dan Finlandia, dimana 70-80 persen perekonomiannya berasal dari sektor kehutanan.
“Kita tidak usah sulit, tinggal dicopy dan nanti diaplikasikan ke negara kita. Kita harus contoh dan melihat bagaimana pengelolaan hutan dan lingkungan bisa jalan sama-sama. Ekonomi dapat, lingkungan juga,” pesan Presiden Joko Widodo.
Berkenaan dengan kegiatan rutinitas bidang lingkungan hidup dan kehutanan, Presiden Joko Widodo berharap hal tersebut dapat diperbaiki dan fokus.Begitu pula halnya dengan konflik permasalahan yang umum terjadi, Presiden Joko Widodo berharap dapat segera diselesaikan dengan baik.
“Jangan lagi ada program-program atau rencana yang berorientasi proyek. Arahnya harus fokus dan konsentrasi pada daerah diisolir, dan agar dapat menjadi contoh untuk yang lain. Selain itu, dibutuhkan jiwa-jiwa mulia dari rimbawan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan konkrit dan riil di lapangan, sehingga mana yang dilindungi, mana yang konsesi, mana yang untuk Perhutanan Sosial itu jelas,” Presiden Joko Widodo menegaskan.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo juga menegaskan, agar dapat berhati-hati dalam pelaksanaan kegiatan perijinan, dan pentingnya aksi koreksi upaya pelindungan gambut. Aksi koreksi dalam pengelolaan gambut harus betul-betul kita rubah, baik moratorium dan pelestarian harus betul-betul dilihat, tukas Presiden Joko Widodo.
Dalam kesempatan ini,Presiden Joko Widodo juga mengapresiasi kinerja dari Badan Restorasi Gabut (BRG), dan diharapkan ke depannya dapat memberikan hasil konkret yang besar, terutama dalam menjaga hutan primer di Indonesia. Presiden Joko Widodo kembali mengingatkan pentingnya kontribusi hutan terhadap kesejahteraan masyarakat sekitarnya.
“Jangan sampai hutan tidak memberikan apa-apa kepada rakyat. Kenapa hutan di negara lain dapat memakmurkan rakyat, kenapa hutan kita tidak? Itu harus dikoreksi, hutan harus memberikan manfaat bagi lingkungan,” jelas Presiden Joko Widodo.
Berbagai bentuk pengelolaan hutan, seperti agroforestry dan silvopastur, menurut Presiden Joko Widodo, selama ini belum optimal, sehingga ke depannya perlu dilakukan lebih serius, untuk mewujudkan ketahanan pangan dan ketahanan energi terbarukan, serta memberikan manfaat ekonomi kepada rakyat.
Adapun, terkait tema HLH Tahun 2017 yaitu Menyatu dengan Alam, menurut Presiden Joko Widodo sangat tepat dengan budaya Indonesia yang tidak bisa lepas dengan alam, sehingga tema ini mengingatkan agar orang Indonesia tidak boleh lupa dengan alam.
Laporan: Muhammad Ibnu Abbas