KedaiPena.com – Delegasi Indonesia menyuarakan kolaborasi dan kerjasama dalam menanggulangi bencana, baik secara lokal dan global. Bahkan Delegasi Indonesia memastikan pembahasan terkait kolaborasi ini hadir dalam setiap dialog dan diskusi, guna memastikan konsep resiliens berkelanjutan dapat menjadi agenda global.
Deputi bidang Sistem dan Strategi BNPB, Dr. Raditya Jati, SSi, MSi, menyatakan konsep reseliensi berkelanjutan sangat penting untuk dilaksanakan.
“Kita akan mengangkat dan mengajak seluruh masyarakat Indonesia dan dunia untuk menjadikan konsep reseliensi berkelanjutan akan menjadi bagian dalam mendorong momen keberlanjutan, pencapaian pengurangan bencana dan upaya beradaptasi dengan perubahan iklim,” kata Raditya dalam konferensi pers virtual GPDRR 2022 Hari Ke-2, Kamis (26/5/2022).
Empat bagian dari konsep ini adalah memperkuat budaya kesiapsiagaan bencana, berinvestasi dalam sains teknologi dan inovasi, membangun infrastruktur yang resiliens pada bencana dan perubahan iklim, serta berkomitmen untuk mengimplementasikan kesepakatan global di tingkat lokal.
“Konsep ini menegaskan kembali bahwa penanganan bencana paska pandemi tidak dapat dilakikan secara biasa. Tapi harus berinovasi dan berkelanjutan,” ucapnya.
Indonesia sendiri tak hanya membangun konsep tapi juga sudah melakukan aksi nyata.
“Contohnya, Perpres 87/2020, dimana Indonesia akan menjadi bangsa yang resiliens dalam kebijakan dan pembangunan. Termasuk dalam hal kebencanaan dan perubahan iklim. Maupun mempersiapkan dana penanggulangan bencana, untuk mendanai penanganan bencana,” ucapnya lagi.
Serta, satu hal yang dimiliki Indonesia dan dapat dicontoh oleh masyarakat internasional yaitu modalitas sosial.
“Gotong royong itu adalah budaya Indonesia yang dapat dicontoh. Bagaimana saat penanganan bencana, gotong royong menjadi bagian penting dalam pelaksanaannya. Termasuk juga Desa Tanggap Bencana, yang merupakan implementasi nyata penanganan bencana di level grass-root,” kata Raditya.
Dalam implementasinya, kearifan lokal menjadi bagian penting untuk memastikan terlaksananya konsep resiliens berkelanjutan ini dapat dilaksanakan secara baik di level terkecil masyarakat, yakni keluarga.
Melanjutkan paparan, Direktur Tata Ruang, Pertanahan dan Penanggulangan Bencana, Bappenas, Drs. Sumedi Andono Mulyo, MA, PhD, menyatakan Delegasi Indonesia menekankan pada kolaborasi.
“Ada lima sub tema yang diangkat oleh Delegasi Indonesia. Yaitu, integrasi komitmen global dalam kebijakan di tingkat nasional maupun lokal, kolaborasi pentahelix, keterlibatan semua pihak termasuk kelompok rentan, pendanaan integrasi untuk kegiatan pengurangan risiko bencana, dan pengambangan inovasi dan teknologi,” kata Sumedi.
Ia menyatakan dalam berbagai diskusi dan dialog di semua tingkat, Delegasi Indonesia menekankan pentingnya kerjasama dan kolaborasi dalam pengembangan manajemen kebencanaan, terutama terkait data, informasi, peta dan pengetahuan.
“Dan semua kegiatan tata kelola tersebut didukung oleh transformasi digital yang mengarusutamakan fasilitas di tingkat desa. Ini semua kita sampaikan dalam berbagai dialog,” urainya.
Ia menyebutkan bahwa disampaikan pula upaya kerjasama dan fasilitasi peningkatan kapasitas daerah untuk memastikan setiap perencanaan dan penganggaran berbasis pada pengurangan risiko bencana.
“Kami juga mendorong kerjasama antara instansi pendidikan maupun lembaga riset, terutama untuk meningkatkan pengembangan teknologi dan riset kebencanaan,” urainya lagi.
Ia juga menyebutkan Delegasi Indonesia juga mendorong kelompok rentan dan peran pemuda untuk berpartisipasi dalam penanggulangan bencana serta memobilisasi pendanaan terintegrasi dalam penanganan bencana.
“Tak hanya itu, kami juga mendorong peran pelaku usaha dalam fase pra bencana dalam mitigasi bencana,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa