KEMANA orang-orang pergi setelah pembumihangusan Bandung? Mereka pergi ke sisi Bandung, ke dataran tinggi Bandung, ke Gunung-gunung. Hingga di beberapa tempat terlihat jelas betapa Bandung seperti lautan Api.
Paska proklamasi kemerdekaan, situasi beberapa wilayah masih dalam bayang-bayang kokopan sekutu.
Di akhir 1945, terjadi beberapa pertempuran di beberapa tempat, seperti Cihaurgeulis, Sukajadi, Pasar Kaliki, dan Viaduct.
Musuh berusaha merebut Balai Besar Kereta Api, tetapi gagal. Di awal 1946, pertempuran semakin membara.
23 Maret 1946, sekutu memberi ultimatum kepada Perdana Menteri Sjahrir untuk mengosongkan Bandung. Namun hal itu ditentang oleh tentara.
Terjadi pertemuan antara Nasution yang menjabat sebagai Panglima Divisi III Siliwangi dengan para komandan TRI, Laskar dan juga kelompok perjuangan. Mereka sepakat untuk membumihanguskan Bandung.
Rencananya, pembumihangusan dilakukan pada 24 Maret pukul 12 malam. Namun, hal itu terjadi lebih awal.
Saat perang, gedung dan rumah-rumah mulai dibakar. Bandung dikosongkan, orang-orang pergi ke wilayah sisi Bandung.
Di Dayeuhkolot, Mohamad Toha membakar gudang senjata sekutu. Ini membuat keuntungan bagi bangsa Indonesia. Persediaan senjata NICA habis.
Dilansir dari beberapa literatur, penamaan Bandung Lautan Api muncul di harian Suara Merdeka, 26 Maret 1946.
Seorang wartawan bernama Atje Bastaman melihat peristiwa ini dari puncak Gunung di pinggiran Bandung yang berbatasan dengan Garut.
Dari sana, Atje menyaksikan betapa Bandung memerah seperti Lautan Api. Setibanya di Tasik, Atje menuliskan peristiwa ini dengan judul, Bandoeng Djadi Laoetan Api.
Namun, dikarenakan ruang yang tidak cukup, judul itu dipersingkat menjadi Bandoeng Laoetan Api.
Perspektif manusia memandang peristiwa Bandung dianalogikan seperti Lautan tentunya seperti hal manusia memandang laut dari dataran yang tentunya memiliki tempat yang lebih tinggi dari laut itu sendiri.
Begitu juga dengan peristiwa pembumihangusan Bandung ini.
Orang orang berduyun-duyun pergi ke pinggiran Bandung yaang memiliki elevasi lebih tinggi dari pusat kota Bandung.
Pemukiman-pemukiman, bahkan Gunung-gunung dijadikan tempat tinggal baru atau sementara.
Tidak menutup kemungkinan, penamaan Bandung Lautan Api pun dicetuskan oleh beberapa orang lainnya, namun yang tertulis dan terabadikan hanya dari Tulisan Suara Merdeka.
Dataran tinggi dan gunung-gunung di pinggiran Bandung adalah salah satu tempat yang menjadi saksi sekaligus pelaku sejarah peradaban.
Di mulai dari perubahan wujudnya hingga fenomena-fenomena perkembangan zaman. Lestari, gunung Bandung.
Oleh Muhammad Seftia Permana, Pemerhati Sosial, Tinggal di Bandung