KedaiPena.Com – Sosok Hoegeng Iman Santoso mungkin asing bagi anak muda sekarang. Ya, nama itu tak populer meskipun sempat menjabat posisi tinggi di kepolisian dan kabinet era Presiden Soekarno.
Hoegeng dianggap sebagai oase di tengah buruknya citra kepolisian, sebagai penindas rakyat, korupsi, ‎tukang palak. Ya, sosok yang satu ini memang berbeda dengan kebanyakan polisi dan pejabat lainnya.
Bahkan Presiden RI ketiga, Abdurahman Wahid sempat berseloroh, hanya ada tiga polisi yang tidak bisa disuap. Pertama patung polisi, kedua polisi tidur dan ketiga Jenderal Polisi Hoegeng.‎
Mantan asisten saat Hoegeng ‎menjabat Menteri/Sekretaris Presidium Kabinet zaman Soekarno, Soedharto Martopoespito sempat bercerita pengalamannya.
Kenangan ini dituturkan dalam buku ‘Hoegeng, Polisi dan Menteri Idaman’ yang ditulis Suhartono.‎
Di mata Dharto, sapaannya, Hoegeng‎ merupakan sosok disiplin dan tepat waktu. Saat itu Dartho merupakan anak muda yang baru bekerja di lingkungan Setneg. Ia terkesima dengan pola kerja atasannya.
Betapa tidak, di hari pertama bekerja, ‎dia harus mendapatkan kado berupa salam dari atasannya. “Selamat pagi Mas Dharto,” ujar Hoegeng kepada Dharto. Ya, Dharto datang kalah pagi dengan Hoegeng.
Tidak mau kalah dengan bosnya, Dharto berupaya datang lebih pagi ke kantor. Meski, kenyataannya, rumahnya begitu jauh dari kantor. Di Komplek Setneg Cidodol, Kebayoran Lama tepatnya.
Sementara Hoegeng bermukim di rumah sewaan di Jalan Madura, Menteng, Jakarta Pusat. Jelas dari jarak dan waktu, tentu lebih cepat Hoegeng sampai. Namun ini tidak jadi alasan untuk Dharto.
Sampai pada suatu ketika, ia pun berhasil mengalahkan Menteri Angkatan Kepolisian/Kapolri era 1966-1977. Ceritanya begini, kala itu, Dharto ingin menjemput Ibunya di Stasiun Gambir yang datang dari Solo.‎
Setelah menjemput, ia pun langsung ke kantor. Alhasil, Dharto memang sampai lebih dulu. Begitu melihat muka bosnya, lantas ia mengucap salam.
Buat Hoegeng, jelas ini sebuah‎ kecolongan. Pasca kejadian itu, Hoegeng pun datang lebih pagi, sekitar 05.30.
Dari situ, Dharto pun mengenal sang atasan lebih dalam. Hoegeng, bagi Dharto adalah pemimpin yang disiplin dan ramah. (Bersambung)‎
(Prw)‎