INDONESIA subur akan kekayaan alam. Banyak orang berduyun-duyun ingin menjadi pecinta alam, meski kadang sikapnya malah mencerminkan perusak alam
Entah itu berawal dari sebuah film atau dari mulut satu ke mulut lainnya. Atau bahkan dari media sosial. Ya, fenomena sosmed memang sedang happening. Konon, sekitar 90% orang Indonesia kini menggunakan jejaring sosial sebagai aktivitas yang tidak bisa di lewatkan.
Namun di luar dari itu, banyak pendaki Indonesia yang prihatin dengan kondisi alam saat ini. Padahal menjadi tanggung jawab semua pihak melestarikan alam.
Ada yang berujar salah satu faktor terjadinya peningkatan pendakian gunung saat ini karena adanya sebuah film.
Karena itu pula banyaknya sampah terjadi di jalur pendakian, shelter, hingga puncak. Selain itu, di tahun ini banyak sekali terjadinya ‘human error’ yang mengakibatkan kecelakaan. Banyak sekali yang tersesat, tutup usia karena sakit, jatuh ke jurang atau lain sebagainya.
Hal itu terjadi karena minimnya pemahaman soal pendakian gunung. Mereka menganggap kecil resiko pendakian gunung.
Terbersit di benak saya, alangkah baiknya kalau perkumpulan atau komunitas pendaki gunung melakukan kajian. Bukan hanya untuk pemula namun untuk para pendaki ‘expert’. Ini harus dilakukan agar bisa sharing dan bertukar pemikiran, terkait pengalaman yang pernah dialami.
Dengan adanya sedikit ilmu yang diberikan atau dituangkan, tentunya hasilnya kita sendiri yang merasakan.
Seperti dalam Hadits Shahih Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ta’ala ‘anhu, bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat†(HR. Bukhari).
Semoga Saya dan kawan-kawan semua akan lebih menghargai hidup. Manajemen perencanaan adalah suatu yang penting jika tetap ingin mensyukuri ciptaan Tuhan yang maha indah. Indonesia yang kaya akan keindahan.
Oleh Reddy Tendean, Penggiat Red Outdoor