KedaiPena. Com – Tagar #TurunkanHargaBBM menggema di media sosial twiter pada Sabtu, (18/4/2020). Ihwalnya tagar tersebut ialah merosotnya harga minyak dunia namun pemerintah tak kunjung turunkan harga BBM.
Pasar minyak Amerika Serikat merosot ke posisi terendahnya dalam 18 tahun terakhir, di bawah US$18 per barel pada Jumat, (17/4/2020). Penyebabnya turnunya harga minyak dunia saat ini adalah karena permintaan minyak yang terus berkurang.
Dilansir dari Oil Price, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun 8,05 persen. Begitu juga untuk harga Mars US yang jatuh 5,3 persen ke US$19,67. Sementara harga minyak Brent naik 0,93 persen ke US$28,08.
Meski demikian turunnya harga minyak dunia saat ini tidak membuat Indonesia turut menurunkan harga BBM.
Desakan masyarakat untuk turunnya harga minyak di Indonesia pun menggema. Banyak pihak yang menanggih Presiden Jokowi untuk turunkan harga BBM.
Direktur eksekuif Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Salamuddin Daeng menilai, pemerintah seharusnya melakukan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri seiring terjadinya penurunan yang tajam pada harga minyak dunia.
“Memang seharusnya harga (BBM) ini turun secara signifikan,” kata Salamuddin kepada wartawan, ditulis, Sabtu, (18/4/2020).
Salamuddin menjelaskan, turunnya harga minyak sekarang ini sudah jauh dari asumsi APBN. Di mana asumsi APBN 62 dolar menjadi sekarang ini 19 dolar per barel.
Salamuddin memprediksi, kemungkinan harga minyak ini tidak akan menguat tempo yang cukup lama. Sebab, belum ada tanda-tanda permintaan global yang meningkat.
“Pelemahan ekonomi global ini akan berlangsung lama karena Corona ini. Jadi ini faktor ekonomi banget, faktor ekonomi murni bukan masalah-masalah politik dan lain-lain,” tuturnya.
Karena harga minyak sudah melemah menyentuh 20-25 dolar sudah berlangsung satu bulan, jika dipukul rata, tutur Salamuddin, sekarang ini mungkin sudah diharga 20-22 dolar.
“Berarti dari asumsi APBN itu sudah menurun sekitar dari 60 ke 20 itu berarti menurunya sekitar 70 persen. Jadi sudah lebih rendah 70 persen dari asumsi APBN, jadi asumsi APBN itu sudah rendah 70 persen,” paparnya.
Jika harga minyak mentah turun sampai 70 persen dan minyak mentah ini adalah komponen terbesar dari biaya porduksi di Migas untuk menghasilkan BBM, maka sudah seharusnya harganya turun.
Ia juga menyebut, memang dalam pengelolaan migas di Indonesia banyak masalah. Sebab itu pemerintah kemungkinan tidak akan menurunkan harga BBM.
Alasannya, penurunan harga BBM ini tergantung kebijakan pemerintah yang diatur dengan ketetapan.
“Jadi kalau pemerintahnya nggak mau, nya nggak mungkin turun (BBM). Kalau Pertamina kan tinggal ngikut saja apa yang diminta oleh pemerintah. Tapi kan pemerintah sampai sekarang belum bersuara, Menteri ESDM belum bersuara, diam saja dengan penurunan ini,” tegas dia.
Laporan: Muhammad Lutfi