KedaiPena.Com – Mantan Wakil Perdana Menteri (PM) Anwar Ibrahim menyambangi kediaman mendiang Presiden ke-3 RI, Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie di kawasan Patra Kuningan, Jakarta Selata, Rabu,(9/10/2019).
Kedatangan Anwar sendiri dalam rangka untuk ikut menghadiri acara tahlilan Habibie.
Anwar Ibrahim sendiri mengaku banyak memiliki kenangan dengan presiden ke-3 RI BJ Habibie.
Anwar pun mengenang, saat hendak ditahan tahun 1999, Habibie sebagai Presiden RI mengingatkan aparat penegak hukum Malaysia agar tidak menganiaya dirinya.
“Habibie mengatakan bahwa Pak Anwar itu ada kemungkinan akan disiksa dan dipukul,” kenang Anwar.
Suami dari Wakil PM Malaysia, Wan Azizah Wan Ismail, ini mengingat, sosok Habibie dalam keadaan tenang membuat hubungan diplomatik Indonesia dengan Malaysia cukup mencengangkan. Hal itu dalam rangka membantu dirinya.
“Habibie itu membuat suatu yang menarik dari segi hubungan diplomatik pun Perdana Menteri mengatakan saya dengar begini dinaikkan tapi dia bilang ‘tolong jangan apa-apakan adik saya (Anwar)’,” papar Anwar.
“Dan satu kalimat satu ayat ini telah menyebabkan dua hubungan negara tak pekat. Enam tahun kemudian saya dibebaskan,” ungkap Anwar.
Habibie Memanusiakan Politik
Senada dengan Anwar, mantan Ketua Mahkamah Konsitusi (MK) Jimly Asshiddiqie mengakui bahwa sosok Habibie sendiri memang meninggalkan kesan yang mendalam bagi para sahabat, petinggi di negara-negara tetangga.
“Yang merasakan kehilangan Pak Habibie banyak sekali. Semua negara Muslim merasa kehilangan. Bukan cuma negeri muslim yang merasa kehilangan tapi seluruh dunia bahkan Pak Habibie ini temannya banyak,” ujar Jimly.
Jimly melanjutkan Habibie sendiri bukan hanya seorang negawaran biasa. Habibie merupakan sosok negawaran yang bekerja ikhlas dengan mengedepankan nilai-nilai kemanusian.
“Jadi Kita harus mengambil pelajaran sebanyak-banyaknya pelajaran dari pak Habibie. Apalagi di era demokrasi bebas ini sedikit sekali orang yang mempunyai persepektif kemanusian baik sebagai politisi dan negawaran. Mereka hanya menghimpun kekayaan untuk pribadi,” papar Jimly.
Nilai-nilai tersebut, lanjut Jimly, bahkan tetap dipertahankan oleh Habibie di akhir hayat hidupnya. Hal ini berbanding terbalik dengan situasi di parlemen yang masih sibuk ribut berebut jabatan.
“Karena kebanyakan orang memikirkan diri masing-masing, tidak soal negara dan bangsa. Kalau sudah begini bagaimana kualitas kepimimpinan kita kalau seperti itu. Harusnya kita dapat banyak belajar dari Pak Habibie tokoh politik dan yang memanusiakan politik,” pungkas Jimly.
Laporan: Muhammad Hafidh