BAGI kalangan NU, nama Rizal Ramli tidak lah asing lagi. Bahkan kalangan kyai memanggil beliau dengan panggilan Gus Romli.
Ungkapan seperti ini tidaklah berlebihan karena saat Gus Dur jadi presiden, Gus Romli-lah yang menjaga perekonomian negara.
Habib Lutfi bin Yahya, sosok ulama yang juga sangat dekat dengan almarhum Gus Dur, begitu bahagia saat menyambut tamu istimewa, Gus Romli pada Jumat (6 April 2018).
Dalam foto yang terpampang, Habib Lutfi tampak santai dan semringah menyambut Gus Romli karena sudah dianggap seperti keluarga besar NU sendiri.
Saat Rizal Ramli menjadi menteri koordinator bidang perekonomian dan menteri keuangan di era Presiden Abdurahman Wahid, banyak terobosan saat itu yang ia lakukan sehingga negara yang saat itu alami transisi politik tak begitu berefek pada kondisi ekonomi.
Salah satu strategi kebijakan yang dijalankan Tim Ekonomi Gus Dur di bawah kendali penuh Rizal Ramli sehingga sukses mempercepat pertumbuhan ekonomi dari negatif 3 persen ke positif 4,9 persen adalah melalui program restrukturisasi korporasi milik negara maupun unit usaha swasta. Sebuah terobosan yang tak mudah.
Sejauh ini Rizal Ramli terbukti berhasil membenahi ekonomi yang terpuruk akibat krisis.
Menurut Rizal Ramli, perkembangan ekonomi sebuah negara harus dirasakan seluruh rakyat, bukan hanya golongan atau kalangan tertentu saja.
Banyak politisi yang akui bahwa Gus Dur saat jadi presiden bisa begitu santai soal ekonomi karena ada pakar ekonomi yang begitu piawai, yaitu Rizal Ramli. Bisa dikatakan kendali ekonomi sepenuhnya di tangan Dr. Rizal Ramli.
Bukan rahasia lagi, Rizal Ramli dengan kapabilitasnya sebagai pakar ekonomi menaruh perhatian luar biasa pada bangsa dan negara. Hal itu terbukti ketika berbagai tawaran jabatan internasional meliriknya, Rizal Ramli tak bergeming.
Di tingkat internasional, Rizal pernah dipercaya sebagai anggota tim panel penasihat ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bersama beberapa tokoh ekonom dari berbagai negara lainnya.
Karena ingin fokus mengabdi pada negara dan bangsa Indonesia, Rizal pernah menolak jabatan internasional sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) Economic & Social Commission of Asia and Pacific (ESCAP) yang ditawarkan PBB pada November 2013.
Bila mau jujur dan obyektif menilai negara ini, kondisi bangsa Indonesia butuh langkah-langkah spektakuler Gus Romli. Jokowi pernah memberikan kesempatan bagi Rizal Ramli untuk duduk di kabinetnya.
Berbagai terobosan pun dilakukannya. Tapi sangat disayangkan, jabatan tersebut tak bertahan lama.
Hanya 11 Bulan Rizal Ramli menjabat sebagai Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan harus lengser digantikan oleh Luhut Binsar Pandjaitan.
Sepertinya untuk atasi gebrakan-gebrakan Rizal, Luhut sendiri yang harus pasang badan. Bukan rahasia lagi, Luhut sejauh ini disebut sebagai “The Real President.”
Pencopotan Rizal sebagai menteri dari kabinet Jokowi mengundang pertanyaan tersendiri bagi rakyat hingga kini.
Tidaklah salah bila rakyat saat ini menghendaki Presiden Baru seperti sosok Rizal Ramli yang kinerjanya diakui secara nasional bahkan internasional.
Selain ini, Rizal Ramli dikenal sosok nasionalis sejati. Beliau juga mendukung semua gerakan rakyat yang mengarah pada perubahan substansial.
Belum lama di acara televisi ILC (3 April 2018) beliau kepret pemerintah yang bersikap sebelah mata pada ummat Islam.
“Hari ini yang ditangkepin kalau hoax pasti yang Islam doang yang bukan Islam nggak ditangkep,” tegas Rizal Ramli bela umat Islam.
Banyak teman dari kalangan aktivisi bilang bahwa pilihan pada Rizal Ramli terlalu idealis. Tapi itulah tuntutan kondisi saat ini yang mendorong untuk memilih sosok yang idealis.
Bila tidak, maka prediksi Indonesia bubar pun akan terwujud. Tentu semua elemen bangsa tak kehendaki Indonesia bubar.
Oleh Alireza Alatas, Pembela Ulama dan NKRI/aktivis Silaturahmi Anak Bangsa Nusantara (Silabna)