KedaiPena.Com- Anggota DPR RI Fraksi PDIP M. Nabil Haroen meminta pesantren
di seluruh Indonesia dapat terbuka untuk melakukan perubahan taktis dalam mengikis dan menghilangkan perundungan. Gus Nabil sapaanya menegaskan bahwa masalah perundungan dan penganiayaan tidak bisa terus dibiarkan.
Hal itu disampaikan Gus Nabil menanggapi
kasus penganiayaan di Pondok Pesantren (Ponpes) PPTQ Al Hanifiyyah di Mojo, Kediri Jawa Timur yang menimpa Bintang Balqis Maulana (14) hingga meninggal dunia dapat diusut tuntas. Bintang sendiri diduga dianiaya hingga tewas oleh empat seniornya.
“Harus ada langkah strategis dari pihak pesantren pesantren manapununtuk berbenah memperbaiki keadaan ini. Kita harus zero tolerant terhadap perundungan, tidak ada celah untuk memberi ruang bagi perundungan. Ini harus jadi komitmen bersama,” jelas Gus Nabil kepada Kedai Pena, Rabu,(28/2/2024).
Gus Nabil meminta, internal pesantren harus menyiapkan langkah secara bersama untuk menghilangkan perundungan. Gus Nabil menegaskan, langkah tersebut harus dilakukan melalui pemahaman dari sisi pengasuh dan para guru.
“Serta kemudian menerjemahkan hal ini pada level praktis pada pengajaran keseharian di kalangan santri,” jelas Gus Nabil.
Gus Nabil mengingatkan, para santri ke depan juga harus diberikan kesadaran dan pemahaman untuk tidak lagi melakukan perundungan, apalagi penganiayaan.
“Ini zaman yang sudah berubah, maka komunitas pesantren juga harus bisa berbenah,” ungkap Gus Nabil.
Gus Nabil menilai terdapat cara elegan untuk melatih mental dan mengakrabkan antar santri. Gus Nabil menekankan, bahwa pelatihan tersebut lebih kepada soal pengelolaan dan manajemen internal.
“Serta tradisi keseharian para santri yang harus dibenahi,” ungkap Gus Nabil.
Gus Nabil pun mengakui, masalah perundungan juga terjadi di banyak Lembaga Pendidikan selain pesantren. Bagi Gus Nabil perundungan sendiri menjadi problem mendasar Pendidikan tidak hanya di Indonesia tapi juga berbagai belahan dunia yang lain.
“Secara nasional, pemerintah harus terus mengedukasi para pengelola Lembaga Pendidikan dan para guru untuk terus berbenah. Begitu juga, dengan kalangan santri, juga harus berbenah dan berkomitmen menghilangkan perundungan,” tandas Gus Nabil.
Sebelumnya, seorang santri Pesantren PPTQ Al Hanifiyyah, Mojo, Kabupaten Kediri, bernama Bintang Balqis Maulana (14) asal Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi tewas dengan kondisi tubuh mengenaskan.
Awalnya, pihak pesantren dan pengantar jenazah menyebut Bintang meninggal usai jatuh terpeleset di kamar mandi. Tapi keluarga curiga setelah melihat darah yang mengucur dari keranda jenazah. Saat kain kafan dibuka, terlihat luka dan lebam di sekujur tubuh korban.
Polres Kediri Kota pun menetapkan empat tersangka dalam kematian Bintang. Mereka yakni MN (18) asal Sidoarjo, MA (18) asal Nganjuk, AK (17) dari Kota Surabaya dan AF (16) sepupu korban asal Denpasar.
Keempatnya merupakan teman sesama santri yang juga kakak kelas korban dalam menempuh pendidikan di pesantren PPTQ Al Hanifiyyah.
Laporan: Tim Kedai Pena