BEBERAPA waktu lalu, saya mendaki Gunung Lawu yang berada di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Ada tiga pintu masuk dan keluar menuju puncaknya, yaitu Cemoro Kandang, Cemoro Sewu dan Candi Cetho.
Setelah berkompromi di Jakarta, diputuskan bahwa rombongan ber-15 akan naik dari Cemoro Sewu dan exit Candi Cetho, istilah pendakiannya jalur melintas.
Dengan pemilihan ini maka dapat menikmati pengalaman naik dan turun melalui jalur yang berbeda.
Di pintu masuk Cemoro Sewu saya membaca di papan ada tulisan Gunung Lawu di bawah pengelolaan Perhutani, KPH Lawu Selatan.
Ada dua alasan orang mendaki gunung Lawu, pertama adalah alasan spiritual, budaya yang terkait dengan sejarah masa lalu dimana daerah ini dibawah pengaruh kerajaan Brawijaya.
Ada beberapa tempat yang dianggap keramat dan juga ada cagar budaya Candi Kethek sebagai bukti sejarah masa
lalu.
Menurut cerita penduduk, Gunung Lawu akan ramai pada malam 1 Syuro. Satu Suro adalah hari pertama dalam kalender Jawa di bulan Sura atau Suro di mana bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender hijriyah.
Karena Kalender Jawa yang diterbitkan Sultan Agung mengacu penanggalan Hijriyah (Islam).
Sedangkan alasan kedua adalah hobi berkegiatan di alam terbuka mendaki gunung. Alasan yang kedua inilah yang mendorong saya untuk mendaki ke puncak Lawu pada tanggal 6 Desember 2019.
Di kalangan pehobi naik gunung di Jawa, Gunung Lawu termasuk salah satu yang favorit.
Peringkat populernya masih dibawah Gunung Gede Pangrango di Jawa Barat yang berada dibawah pengelolaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP).
Dayatarik gunung ini telah mendorong usaha jasa wisata seperti adanya taman-taman tematik dan wisata pendakian itu sendiri yang bisa mencapai
angka 300 orang per hari.
(Baca Juga: Libur Panjang, Jumlah Pendaki Gunung Lawu Meningkat)
Dalam pandangan saya, dengan adanya berbagai daya tarik di sekitar Gunung Lawu, tidak terlihat oleh
saya adanya promosi gembar-gembor ekowisata yang dilakukan oleh para pemangku kepentingan seperti Pemda, Perhutani dan LSM.
Tetapi setidaknya lingkungan pariwisata Gunung Lawu, terlihat rapi, bersih
dan terkelola, dibanding naik Gunung Gede bulan Oktober lalu.
(Baca juga: Ekowisata Gunung Gede, Pengelolaannya Masih Harus Dibenahi)
Menarik untuk menjadi bahan diskusi.
Oleh penggiat ekowisata Eko Binarso