NAMA-nama yang sempat beredar kepingin jadi cawapresnya Jokowi ternyata sekarang berguguran dengan sendirinya.
Cak Imin yang terkesan paling agresif karena paling terdepan mengiklankan diri kepingin jadi cawapresnya Jokowi telah mengalami eliminasi.
Belakangan dia dikecam oleh salah satu elit PDIP yang mengatakan bahwa Imin mengeluarkan pernyataan bertendensi mengancam, yakni kalau salah pilih cawapres Presiden Jokowi bisa kalah di Pilpres tahun depan, karena itu menurut Imin pilihlah dirinya yang berasal dari kalangan santri.
Kabarnya, penyataan Imin ini menuai rasa tidak simpatik dari para elit PDIP terhadap bekas Menaker yang mengambilalih mahkota PKB dari tangan Gus Dur itu.
Di lain jurusan AHY yang coba dijodohkan oleh sang ayah untuk dijadikan cawapresnya Jokowi juga mengalamai eliminasi.
Keinginan SBY agar Jokowi menjadikan AHY sebagai calon wakil presiden sudah ditolak secara halus oleh Jokowi.
Syahdan, Jokowi sudah mengirim utusan khusus untuk menemui SBY bahwa AHY tidak mungkin dijadikan cawapres.
Peluang yang terbuka bagi AHY adalah AHY masuk kabinet kalau Jokowi terplih lagi dalam Pilpres tahun depan dan AHY bisa saja diberikan jabatan menteri, dengan catatan Partai Demokrat harus bergabung dengan pemerintahan Jokowi dengan menjadi partai pendukung.
Tetapi posisi menteri apa yang akan diberikan untuk AHY kabarnya masih belum jelas. Namun santer terdengar kabar bahwa paling banter AHY akan dikasih posisi Menpora.
Banyak kalangan menilai tidak mungkin PDIP (Megawati) memberikan panggung mahkota kepada AHY, karena PDIP (Megawati) sudah tentu harus mengutamakan kader sendiri, terutama untuk kepentingan PDIP di Pilpres 2024.
Lagi pula Megawati masih memiliki Puan Maharani dan anak-anaknya yang lain serta harus menjaga keberlangsungan kepentingan politik dinasti Sukarno di masa depan.
Bagaimana dengan Gatot Nurmantyo?
Panglima TNI yang baru saja pensiun ini kabarnya sudah menghadap Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, agar Prabowo berkenan memasang dirinya sebagai capres.
Namun menurut cerita yang berkembang Prabowo menolak, salah satunya kabarnya Prabowo sendiri masih ingin maju jadi capres.
Para loyalis Prabowo disebut-sebut juga sudah sangat siap dan all out ingin menjadikan Prabowo presiden tahun depan. Ibaratnya now or never.
Bagaimana TGB alias Zainul Majdi?
TGB dianggap terlalu berambisi dan terlalu prematur bernafsu kepingin naik ke panggung politik nasional. Masyarakat umum tidak tau apa prestasi dan reputasinya.
Lebih baik TGB fokus memimpin daerah dan berkarya hingga saatnya nanti dengan bekal pengalaman yang cukup TGB mungkin jadi menteri lebih dulu, selanjutnya mempersiapkan diri untuk jadi top leader di level nasional.
Kabar lain yang berkembang, TGB yang merupakan kader Partai Demokrat kini sedang bertikai dengan AHY lantaran TGB diduga mengerahkan buzzer untuk mengecilkan rating AHY. Akibatnya TGB disuruh angkat kaki dari Partai Demokrat.
Fokus bekerja di daerah sebagai kepala daerah adalah lebih baik. Jangan lagi negeri ini dijadikan wadah bagi ekperimen demokrasi, menjadi taman petualangan bagi nama-nama yang tidak punya reputasi, prestasi, track record, dan tidak memiliki keberpihakan yang jelas kepada rakyat, yang ingin jadi pemimpin hanya dengan modal pencitraan belaka. Pepatah Jawa sendiri mengatakan:
Ojo Rumongso Biso Nanging Kudu Biso Rumongso.
Demikianlah kisah nama-nama yang ingin jadi cawapresnya Jokowi yang ternyata malah mengalami eliminasi, bagaikan kembang yang layu sebelum benar-benar berkembang.
Nama lain yang juga disebut-sebut sangat ingin jadi cawapresnya Jokowi adalah Sri Mulyani.
yNamun Sri faktanya malah menggerogoti elektabilitas Jokowi lantaran antara lain pertumbuhan perekonomian nasional di bawah asuhannya posisinya kini ibarat undur-undur atau kodok dalam tempurung, tidak bergerak atau move on, hanya berkutat di angka lima persen belaka.
Pertanyaannya, apa iya Jokowi mau cawapresnya adalah sosok yang tidak punya prestasi, yang menjadikan banyak sektor perekonomian di negeri ini saat ini semakin terperosok ke dalam kubangan kegagalan?
Oleh Arief Gunawan, Wartawan Senior