KedaiPena.com – Penyelesaian polusi udara, tak serta merta bisa diselesaikan hanya dengan mengganti alat transportasi dari fosil ke listrik. Tapi haruslah menyentuh masalah mendasarnya, yaitu ketersediaan sumber energi yang ramah lingkungan.
Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Bondan Andriyanu menyatakan polusi terjadi akibat pembakaran bahan bakar fosil. Misalnya, pada kendaraan bermotor atau PLTU Batubara.
“Jadi kalau mau mengendalikan polusi udara, kita harus kaji penggunaan energi kita sebetulnya. Bagaimana kita mengendalikan atau mengontrol kendaraan kita itu untuk tidak pakai energi fosil lagi,” kata Bondan, dikutip Minggu (3/9/2023).
Tapi bukan berarti pemerintah tiba-tiba meminta masyarakat beralih ke kendaraan listrik, karena saat ini sumber energi yang digunakan untuk kendaraan listrik masih bersumber dari PLTU batu bara.
“Jadi kalau mau pakai electric vehicle harus diiringi dengan transisi energi yang nyata. Yaitu energi yang kita pakai dari energi terbarukan. Saat ini kita masih pakai batu bara, PLTU batu bara,” ucapnya.
Bondan menyatakan ragu target net zero emission pada 2050 dapat tercapai. Karena, berdasarkan Perpres Nomor 112 Tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik terdapat solusi palsu yang ditawarkan pemerintah. Yakni, pengecualian rencana penutupan PLTU batu bara berdasarkan fase kontruksinya atau yang masuk dalam kategori industri. Misalnya industri garmen hingga smelter nikel, biji besi, hingga pemurnian nikel.
“Itu boleh pakai PLTU batu bara. Artinya percuma, kita akan mengendalikan polutan dari PLTU batu bara, tapi dibolehkan pembangunan proyek PLTU batu bara di tempat lain. Ini bukan ada transisi yang nyata, kita bilang transisi energinya. Tapi transisi energi setengah hati. Tidak punya roadmap yang jelas. Kita akan menggunakan energi terbarukan kapan, itu tidak jelas,” ucapnya lagi.
Ia bahkan cenderung menilai sejumlah kebijakan yang dilakukan pemerintah hanya akan melanggengkan perusahaan berbasis batu bara.
Smelter atau pengolahan dan pemurnian, lanjut Bondan, bermanfaat untuk nikel yang nantinya digunakan dalam kendaraan listrik. Karena itu dia menyebut persoalan mengatasi polusi udara belum menemukan titik temu.
“Jadi ini muter doang nih rangkaiannya. Maka kita perlu perlu pertanyakan, jangan-jangan polusi udara ini ada yang menunggangi agar bisnisnya tetap berjalan lancar gitu,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa