KedaiPena.Com- Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra menepis, anggapan banyak pihak yang berpendapat konflik di Partai Demokrat saat ini bertujuan untuk menaikkan elektabilitas dan simpati publik.
“Kalaulah memang kemampuan analisis seseorang itu makin lama bisa menurun, ataupun berbeda interpretasi,setidaknya hatinya masih digunakan. Untuk merasa seperti yang didengung-dengungkan Ki Hajar Dewantara, apakah situasi saat ini memang normal-normal saja?,” papar Herzaky, Senin, (15/3/2021).
Herzaky lantas mempertanyakan, sejumlah kejanggalan nyata dalam perjalanan Kongres Luar Biasa (KLB) Deli Serdang yang digagas oleh kelompok Moeledoko.
“Apakah sekelompok orang yang tidak berhak, diperbolehkan menyelenggarakan kegiatan politik yang diklaim sebagai Kongres (Luar Biasa) yang merupakan forum tertinggi di suatu organisasi, dengan menghadirkan bukan pemilik suara yang sah, dan kemudian bisa memilih yang mereka sebut Ketua Umum baru yang merupakan orang lingkar dalam Istana, dan mendemisionerkan kepengurusan sebelumnya,” tutur Herzaky.
“Lalu, tanpa izin dari pihak berwenang, di tengah musim covid-19, tetap bisa mengadakan kegiatan dengan peserta ratusan orang, tanpa dibubarkan oleh pihak berwenang,” sambung Herzaky.
Herzaky menjelaskan, kesewenang-wenangan kekuasaan yang ditunjukkan secara nyata ini dan brutal telah memperkosa demokrasi, menafikan etika, norma, kepatutan, dan aturan-aturan hukum yang berlaku.
“Lalu, masih ada saja yang berpikir ini drama politik?,” tutur Herzaky.
Herzaky menegaskan, kalau memang ingim menghamba kepada kekuasaan, setidaknya janganlah kemudian menjadi intelektual tukang stempel.
“Yang maunya pemerintah ataupun pesanan pihak-pihak tertentu. Situasi demokrasi Indonesia saat ini sedang genting, dan perlu kerja keras kita semua, untuk memastikan demokrasi Indonesia tidak berjalan menuju jurang kehancuran oleh perilaku segerombolan pelaku GPK-PD yang berselingkuh dengan kekuasaan,” tandas Herzaky.
Laporan: Muhammad Hafidh