KedaiPena.Com – Salah satu solusi menanggulangi persoalan kebersihan adalah dengan memperbanyak pembentukan unit bank sampah dan rumah kompos. Potensi itu pun sudah lama menjadi target Bidang Koperasi dan UMKM Partai Golkar Sumut sebagai alternatif keterbatasan pupuk kimia yang mahal dan kurang ramah lingkungan.
Demikian disampaikan Wakil Ketua Partai Golkar Sumut Bidang Koperas , UMKM dan Wirausaha Budi Ristianto dalam kunjungan studi banding ke Rumah Kompos dan Bank Sampah di Sicanang, Belawan pada Selasa (27/9).
“Rumah Kompos dan Bank Sampah ini kan salahsatu solusi persoalan lingkungan hidup. Target studi banding ini diharapkan agar bisa kita terapkan di banyak tempat di Sumatera Utara,†terang Budi yang didampingi pengurus Partai Golkar Sumut Bidang Koperasi dan UMKM, Aulia Rahman dan Sirajuddin Gayo.
Dia menyebut, Partai Golkar Sumut akan mengarahkan seluruh potensi DPR RI dan DPRD Dapil Sumut agar bersama-sama menunjang program yang ditargetkan tersebut.
“Rumah kompos adalah alternatif dan solusi keterbatasan pupuk kimia yang mahal dan kurang ramah lingkungan. Untuk itu kita akan menginisiasi pembentukan 35 unit rumah kompos dan bank sampah di Sumatera Utara,†tukas Budi.
Bank sampah berdiri di Indonesia karena adanya keprihatinan masyarakat akan lingkungan hidup yang semakin lama semakin dipenuhi dengan sampah baik organik maupun anorganik. Sampah yang semakin banyak tentu akan menimbulkan banyak masalah, sehingga memerlukan pengolahan seperti membuat sampah menjadi bahan yang berguna. Pengelolaan sampah dengan sistem bank sampah ini diharapkan mampu membantuk pemerintah dalam menangani sampah dan meningkatkan ekomoni masyarakat.
Bank sampah memiliki beberapa manfaat bagi manusia dan lingkungan hidup, seperti membuat lingkungan lebih bersih, menyadarkan masyarakat akan pentingnya kebersihan, dan membuat sampah menjadi barang ekonomis.
Yang dilakukan Rumah Kompos dan Bank Sampah Induk Sicanang, yang berada Kelurahan Belawan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan, adalah tahap awal pembuatan pupuk kompos. Bermodal sayuran yang tak laku di pasar, mereka mengubah sampah yang baunya tak sedap itu menjadi rupiah.
Pengolahan sampah menjadi kompos ini menjadi sumber ekonomi tersendiri bagi warga setempat. Sebab, mereka yang bekerja di rumah kompos ini adalah mereka yang tinggal di Kelurahan Sicanang dan sekitarnya.
Sementara itu, Direktur Rumah Kompos dan Bank Sampah Induk Sicanang, Armawati Chaniago, mengatakan, membuat kompos tidaklah sulit. Cukup mengumpulkan sampah-sampah organik seperti daun-daun atau sayuran, lalu dicampur ragi tempe dan ragi tapai serta sekam padi dan dedak, diaduk, jadilah kompos.
“Lalu digiling dengan mesin pencacah sampah organik. Lalu dibalik-balik selama 15 hari. Lalu di hari ke-15, diratakan di pendinginan suhu. Kurang lebih satu minggu. Lalu diayak, panen. Siap jual. Dijual Rp5.000 per kilogram,” ujar perempuan yang akrab disapa Arma itu.
(Dom)