KedaiPena.Com – Desiran suara dedaunan, nyanyian serangga hutan, serta aliran suara air sungai yang bersahut-sahutan menjadi teman selama menapaki perjalanan memasuki kawasan Goa Pasaribu Tobing ataupun yang dikenal masyarakat setempat dengan sebutan Goa Martarawang.
Terdapat kawasan hutan hujan di Desa Makmur, Kecamatan Pasaribu Tobing, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, kawasan Goa yang terlihat tenang itu ternyata memiliki keindahan yang tak mampu dibayar oleh siapapun. Lelah dan letihnya perjalanan selama kurang lebih 2 jam dari Kecamatan Pandan, terbayar tuntas oleh eksotisme yang dimiliki Goa Pasaribu Tobing.
Bagi yang ingin berkunjung, Goa Pasaribu Tobing/ Martarawang berjarak 2 jam perjalanan dari Kecamatan Pandan atau pusat Kabupaten Tapanuli Tengah. Jalur yang ditempuh adalah jalur jalan Sibolga-Barus. Tiba di Kecamatan Sorkam Kanan, arahkan kendaraan anda ke arah Kecamatan Pasaribu Tobing tepatnya di persimpangan Pantai Binasi. Jika menggunakan kendaraan roda dua, perjalanan akan berhenti di sebuah jembatan yang kini sudah mengalami kerusakan akibat banjir. Parkirlah kendaraan anda.
Perjalanan akan dilanjutkan dengan berjalan kaki menelusuri hutan rimbun. Sekitar 45 menit berjalan kaki akan ditempuh hingga ke Goa. Disarankan mengenakan perlengkapan secara aman, misalnya sepatu, topi dan perlengkapan pedukung lainnya. Jika memutuskan untuk berkemah, maka persiapkan segala perlengkapan berkemah yang dibutuhkan. Lokasi pendirian tenda juga direkomendasi tidak begitu dekat dengan bibir sungai. Itu dilakukan mengantisipasi hujan di kawasan hutan yang sewaktu-waktu dapat terjadi dan dapat menyebabkan debit air meningkat dalam waktu cepat.
Setibanya di kawasa Goa, akan nampak mulut goa yang menganga dimana aliran air mengalir di bawahnya. Ketinggian goa yang berukuran bervariasi dari 1 hingga 2 meter, memberi ruang menelusuri perut goa untuk melihat apa yang tersembunyi di dalamnya. Dari mulut goa terlihat cahaya yang menembus ke dalam goa dari lubang-lubang yang ada. Sehingga dengan samar-samar pandangan mampu melihat kedalam goa.
Ya, benar saja, memasuki perut goa, terlihat jelas lubang-lubang berdiameter 40 Centimeter hingga 2 meter. Keindahan goa tak hanya sampai pada cahaya yang masuk dari lubang-lubang tersebut, tetapi juga saat melihat tumpahan air di salah satu lubang di langit goa berketinggian 5 meter yang menjadi salah satu sumber air yang menggenangi dasar goa.
Berlanjut, saat memasuki perut goa, arus air setinggi lutut hingga setinggi perut orang dewasa bersuhu rendah menjadi sensasi tersendiri. Dinding-dinding goa yang tergores akibat erosi yang diperkirakan berlangsung kurun waktu ratusan tahun juga terlihat cantik. Stalaktit-stalaktit kecil di langit-langit goa juga akan terlihat membentuk barisan-barisan batu yang menarik. Berhati-hatilah, pasalnya ketinggian dari dasar hingga ke langit goa akan bervariatif, terendah sekitar 150 centimeter dan tertinggi sekitar 2 meter saja.
Keindahan Goa Pasaribu Tobing tak terhenti sampai di dalamnya saja, sebab kita juga dapat memasuki lubang-lubang yang ada di atas dinding goa. Selain itu juga, kita dapat berjalan sedikit memutari pinggiran hutan ataupun menaiki batu-batuan yang bisa menuju atas goa, mata kita akan lebih terpana pada hamparan lubang-lubang yang ada di ubun-ubun goa.
Meski hanya ada satu lubang yang menjadi sumber air yang memasuki goa, namun beberapa lubang lainnya juga dapat kita lihat. Bahkan beberapa diantara lubang-lubang itu ada yang tergenang oleh air, sehingga jika dilihat seakan seperti kolam alami sebagai tempat minum ataupun berendam bagi para penghuni hutan.
Diingatkan, jika kita ingin menelusuri atas goa diingatkan berhati-hati. Sebab, bebatuan yang menjadi pijakan kaki berlumut dan licin. Kendati, kewaspadaan ekstra itu akan terbayar saat berhasil di puncak goa saat menikmati kecantikan lubang-lubang yang terbentuk secara alami.
Bagi masyarakat sekitar, tempat ini merupakan salah satu sumber mata pencaharian mereka. Sebab di tempat tersebut banyak terdapat ikan, mulai yang dari yang berukuran kecil hingga sebesar tangan. Dan untuk menjaga kelestarian habitat ikan yang ada, masyarakat hanya menangkap ikan yang berukuran besar atau yang layak dimakan, dan itupun tak setiap hari mereka lakukan.
“Goa Martarawang ini sudah ada sejak saya kecil, bahkan mungkin sejak zaman nenek saya muda juga sudah ada. Untuk masyarakat sini, tempat itu biasanya sebagai tempat untuk mencari ikan,†tutur Kepala Desa Makmur, sebut Jennis Putra Sihombing kepada KedaiPena.Com.
Meski tempat ini belum terlalu dikenal secara meluas, namun bagi kalangan remaja atau anak-anak Muda di Pasaribu Tobing, Goa ini agaknya sudah menjadi salah satu tujuan berkunjung di saat liburan tiba. Kendati, jika ingin dikembangkan menjadi destinasi wisata, berbagai pembenahan harus terus dilakukan. Termasuk akses jalan, misalnya jembatan yang kini masih mengalami kerusakan parah bahkan nyaris terputus.
Laporan: Iam