KedaiPena.Com – Ketua Umum Pengurus Pusat Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (PP GMKI), Sahat Martin Philip Sinurat menilai, aksi terori yang terjadi di Gereja Oikoumene, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, merupakan provokasi yang tidak boleh dianggap sepele.
Pasalnya, kata Sahat, aksi terorisme tersebut patut diduga kuat sengaja menyasar anak-anak yang sedang bermain di luar gedung ketika orang tua mereka sedang melakukan peribadatan.
“Empat orang anak yang menjadi korban tersebut diketahui sedang bermain menunggu selesainya peribadatan orang tua mereka. Diduga sekitar ratusan jemaat sedang beribadah pada saat terjadinya peledakan. Kebanyakan dari jemaat yang melakukan peribadatan adalah orang tua yang memang sengaja membawa anak-anak mereka juga untuk beribadah,†kata Sahat dalam keterangan resmi diterima Minggu (13/11) malam.
Menurut Sahat, upaya deradikalisme yang digaungkan pemerintah untuk mereduksi aksi terorisme seharusnya berbuah baik. Namun insiden yang terjadi di Samarinda, agaknya membuka ‘mata’ seluruh elemen bangsa, bahwa kelompok teroris yang menginginkan Indonesia yang ber-ideologi Pancasila runtuh, masih subur dan bebas bergerak.
Atas insiden tersebut, lanjut Sahat, GMKI telah mengeluarkan pernyataan sikap, yakni menyayangkan dan mengecam tindakan pelemparan bom yang dilakukan oleh residivis Johanda Alias Jo Bin Muhammad Aceng Kurnia tersebut. Pihaknya pun kengutuk keras siapapun yang mendalangi aksi terorisme yang menyasar anak-anak sebagai korban. “Terlepas apa pun yang mendasari tindakan tersebut,†katanya.
Menurut dia, aksi pelemparan bom tersebut menjadi tanggung jawab dari Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polhukam), Wiranto dan Menteri Hukum dan HAM (Menkumham), Yasona Laoly.
“Kementerian tesebut memiliki kewajiban melakukan pembinaan dan pengawasan kepada setiap napi dan residivis teroris karena dimungkinkan untuk mengulangi tindakan kejahatan serupa yang dapat menganggu kepentingan nasional,†pungkasnya.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol Suhardi Alius, juga dinilai harus bertanggung jawab penuh atas insiden itu. Kapolda Kalimantan Timur, Irjen Pol Safaruddin dinilai gagal dalam mengantisipasi aksi terorisme yang menyasar rumah ibadah yang menjadikan anak-anak sebagai korban.
“Setiap kepolisian daerah di seluruh Indonesia harus serius menjaga keamanan setiap warga negara,†tukasnya.
Lebih jauh, Sahat meminta setiap tokoh masyarakat, tokoh adat, dan tokoh agama untuk bahu-mebahu dalam menjaga kebhinekaan di tengah-tengah kemajemukan masyarakat. Masyarakat juga diharapkan mampu menunjukkan bahwa ideologi bangsa yakni Pancasila tidak akan kalah dengan sekelompok orang yang ingin memecah persatuan bangsa.
Sementara itu, ia juga meminta agar seluruh Badan Pengurus Cabang dan Anggota yang tersebar di seluruh tanah air melakukan konsolidasi dengan setiap organisasi yang berbasis kepemudaan dan mahasiswa agar dapat menjaga keutuhan Bangsa.
Seluruh elemen masyarakat Indonesia, sambungnya, juga diminta tidak terprovokasi atas peristiwa terorisme yang memprovokasi dengan cara menyerang rumah ibadah dan menyasar anak-anak.
“Kita tunjukkan bahwa bangsa kita adalah bangsa yang solid, toleran, serta damai dan tidak bisa dipecah-belah oleh pihak manapun. Begitupun secara tegas kita menyatakan bahwa Terorisme merupakan kejahatan HAM Berat, untuk itu diperlukan seluruh upaya dan tindakan apapun agar dapat mengantisipasi kejadian serupa dan membongkar jaringan Terorisme di Indonesia,†tegas Sahat.
Laporan: Dom