KedaiPena.Com – Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) menuding pemerintah provinsi Sumatera Utara dan Angkasa Pura tak serius dalam membangun bandara Silangit di Siborong-borong, Kabupaten Tapanuli Utara.
“Sampai saat ini pembangunan Bandara Silangit masih lambat dan belum terlihat sebagai pintu gerbang objek wisata internasional,” kata Swangro Lumbanbatu dalam siaran pers diterima wartawan, Minggu (13/8).
Swangro menyebut dirinya bersama Ketua Umum Pengurus Pusat GMKI Sahat Martin Philip Sinurat mengunjungi bandara tersebut belum lama ini, dan menyaksikan belum maksimalnya infratruktur di bandara itu.
Dengan demikian, lanjut Swangro, target Presiden dimana akan ada satu juta wisatawan ke Danau Toba akan sulit tercapai, jika pembenahan infrastruktur masih dikerjakan setengah hati. Belum lagi persiapan sumber daya manusia di Kawasan Danau Toba masih belum maksimal dimana masyarakat seharusnya dilatih untuk dapat mengelola pariwisata dengan baik serta mengutamakan nilai-nilai kebudayaan, keramahan, dan pelayanan.
“Seharusnya Bapak Tengku Erry Nuradi gubernur Sumatera Utara  juga berperan penting dalam pambangunan bandara silangit, jangan menutup mata dengan hal ini. Gubernur tidak harus perlu sibuk sekali dengan kampanye slogan,  fokuslah dalam pembangunan sumatera utara. Gubernur juga berhak bertanya kepada pemerintah Tapanuli Utara, kenapa pembangunan itu tidak jalan sesuai dengan kita harapkan. Jangan hanya mempercayakan penuh dengan Angkasa Pura dan pemerintah Tapanuli Utara,†urai Swangro.
Ia menegaskan, jika pemerintah Tapanuli Utara dan Angkasa Pura tidak sanggup dengan pembangunan ini,  agar secara terbuka menyampaikannya. “Jangan sampai kita ketinggalan dengan daerah yang lain, hanya karena pemimpin kita tidak mampu merangkul rakyat,†katanya.
Sahat MP sinurat menambahkan, pembangunan di Bandara Silangit yang diresmikan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2005 lalu terlihat sangat minim infrastruktur. Karena itu keseriusan dan kesiapan pemerintah pusat, BUMN terkait, dan pemerintah daerah perlu dipertanyakan.
“Beberapa minggu lalu saya baru berkunjung ke Tual, Langgur, Maluku Tenggara. Bandara Karel Satsuit Tubun yang berada disana sudah memiliki bangunan dan lahan parkir yang rapi dan berstandar internasional, padahal Presiden belum pernah datang kesana, sangat berbeda dengan Bandara Silangit. Padahal beberapa bulan lagi kita mendengar Bandara Silangit akan menerima penerbangan langsung dari Singapura,” ujar Sahat membandingkan.
Ia menambahkan bahwa Angkasa Pura juga harus siap dengan hal pembangunan ini dengan tidak selalu menunggu bola. Angkasa Pura lanjut dia, diminta tidak membiarkan pembangunan bandara silangit begitu saja.
“Kalau persoalan nama bandara kami tidak anti dengam hal itu,  jangan hanya persolan nama pembangunan bandara Silangit jadi terhambat. Karena pemerintah Sumatera Utara sudah mampu mengatasi itu semua. Apalagi pengunjung wisatawan nantinya akan bertambah menyambut natal dan tahun baru, kita tidak mau wisata ke kawasan danau toba semakin berkurang,” kata dia.
Laporan: Dom