KedaiPena.Com – Ekonom Indef Bhima Yudistira menilai langkah yang diambil oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam menerbitkan global bond atau surat utang dengan tenor mencapai 50 tahunya hanya akan membuat anak dan cucu menanggung beban.
“Menteri Keuangan Sri Mulyani yang ngotot untuk penerbitan Global dengan tenor 50 tahun pada 2070, membuat anak cucu generasi milenial, adiknya milenial, bawahnya lagi sampai 2070, itu masih menanggung beban atas pembiayaan terhadap krisis di tahun 2020,” ujar Bhima dalam diskusi bertajuk “Mencegah PHK Massal, Menyelamatkan Ekonomi Nasional” melalui telekonferensi, Jumat (17/4/2020).
Bhima menuturkan daripada menerbitkan global bond akan lebih baik jika pemerintah dalam hal ini Presiden Joko Widodo (Jokowi), Wakil Presiden Maruf Amin hingga Stafsus Milenial menyumbangkan sebagian gajinya untuk membantu penanganan Covid-19.
Hal ini dalam rangka turut membangun solidaritas bersama membantu masyarakat terdampak Covid-19. Sebab kata Bhima, sejauh ini belum ada wacana dan itikad pemerintah ke arah sana.
“Tidak ada solidaritas yang menunjukkan dari pemerintah pusat. Saya enggak ngerti kenapa gaji Presiden, Wakil Presiden, Status Milenial itu tidak disumbangkan. Misalkan 50% sampai 60% untuk penanganan Covid-19,” tegas Bhima.
Tidak hanya itu kata Bhima, pemerintah bisa menggunakan anggaran proyek pembangunan dan pemindahan ibu kota baru untuk penanganan wabah Corona atau Covid-19 ini.
“Kalau kita lihat pemindahan ibukota terus berjalan sementara dampaknya sangat kecil di tengah kondisi seperti ini. Malaysia pernah kedodoran waktu memindahkan paksa Kuala Lumpur ke Putrajaya pada tahun 1998, ongkos naik berkali lipat dan kita ingin mengulangi hal yang sama, menurut saya konyol,” tegas Bhima.
Bhima menekankan hal tersebut termasuk kepada pemotongan anggaran belanja infrastruktur pemerintahan Jokowi yang menyentuh angka Rp 423 triliun.
“Adalah bagaimana agar proyek-proyek infrastruktur yang senilai Rp 423 triliun dapat dipotong untuk penanganan wabah Corona ini. Utang itu bahkan opsi yang paling akhir sebelum kita melakukan setelah kita melakukan relokasi relokasi anggaran yang memang signifikan,” tandas Bhima.
Sebelumnya, Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa Indonesia berhasil menerbitkan surat utang dengan denominasi dolar saat pandemi covid-19 atau virus corona mewabah, yang nilainya mencapai US$ 4,3 miliar atau Rp 68,6 triliun (kurs Rp 16.000).
“Ini adalah penerbitan terbesar dalam US bond dalam sejarah RI. Dan Indonesia juga jadi negara pertama yang menerbitkan sovereign bond sejak pandemik Covid-19 terjadi,” kata Sri Mulyani, Selasa (7/4/2020).
“Ini menunjukkan kepercayaan investor dari pengelolaan keuangan negara. Kita memanfaatkan 50 tahun dari preferensi tenor bond jangka panjang cukup kuat,” katanya.
Laporan: Muhammad Hafidh