KedaiPena.Com – Glamping merupakan kependekan dari glamour camping, yaitu berkemah dengan fasilitas layaknya di hotel. Jadi kita tetap bisa tidur lelap di kasur lengkap dengan bantal dan selimut, juga ketersediaan aliran listrik serta toilet yang memadai, namun suasana tinggal dalam kesederhanaan di tengah alam semesta tetap sangat melekat.
Hal inilah yang akan kita rasakan apabila bermalam di Herman Lantang Camp (HLC) yang terletak di desa Warung Loa, kecamatan Tamansari, di kaki Gunung Salak, Bogor.
Mendengar nama Herman Lantang, bagi kita yang hobi mendaki gunung tentu akan tak asing. Ialah seorang maestro di dunia penggiat alam semesta dan pendakian gunung, yang juga sesepuh dari Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Indonesia.
Di pangkuannyalah mendiang Soe Hok Gie menghembuskan napas terakhirnya di puncak Mahameru, Gunung Semeru, Jawa Timur pada tanggal 16 Desember 1969, saat keduanya melakukan pendakian gunung tertinggi di Jawa itu.
Untuk menikmati masa tuanya, kini pensiunan dari perusahaan minyak asing itu mengelola HLC berdua isteri tercinta, Joyce Moningka. Selain kerap pula diundang menjadi narasumber dalam acara-acara kepecintaalaman.
Guna terjun sepenuhnya dalam pengelolaan, pria asli Tomohon inipun rela tinggal sehari-hari di vila sederhana di areal camping miliknya itu. Bahkan melayani berfoto bareng para pengunjung yang hendak mengabadikan momen kebersamaanya. Juga bersedia menjawab setiap pertanyaan seputaran pendakian gunung serta berbagi pengalamannya.
Kala malam, kita dapat membuat api unggun dan berjagung-bakar-ria sembari menikmati dinginnya udara yang alangkah merasuk kulit. Selain itu, di sini kita dapat pula melakukan trekking di hutan yang rimbun dan hijau serta mendapatkan spesies pepohonan langka yang ditanam serta dibawanya dari berbagai daerah di seluruh Indonesia ketika menjelajahi gunung-gunung pada waktu mudanya dulu.
Tak jauh dari sini terdapat 3 (tiga) curug eksotis yang teramat sayang apabila urung mendatanginya, sekedar untuk menikmati keindahannya juga berbasah-basahan di air jatuh maupun alirannya. Ketiga curug itu adalah Curug Nangka, Curug Daun dan Curug Kaung yang ketinggiannya antara 20-30 meter.
Debit air yang sangat deras dari ketiga curug itu tentulah akan memanjakan mata. Yang penting, kehati-hatian mesti diutamakan mengingat licinnya bebatuan curug dan kontur medan yang berundak-undak.
Suasana yang sunyi akan membuat kita betah berlama-lama di sini. Cuma suara air jatuh, nyanyian burung-burung dan tiupan di dedaunan yang menyapa telinga. Kita juga akan menjumpai kera-kera ramah juga lucu yang menyapa seolah-olah mengajak kita bercanda.
Laporan: Rudi Recht