Artikel ini ditulis oleh Sholihin MS, Pemerhati Sosial dan Politik.
Pemandangan yang sangat aneh dan menggelikan ketika Gibran memindahkan barang-barangnya dari Ruang Kantor Walikota Solo setelah menyatakan Undur diri sebagai Walikota Solo.
Jika saja Gibran bukan seorang pejabat publik, mungkin tidak ada yang bakal mengusik apa yang dilakukan Gibran, kecuali media-media gosip yang senang cari sensasi. Tapi, Gibran itu (walaupun dipaksakan dengan cara curang) telah ditetapkan KPU dan MK (manipulasi) sebagai cawapres. Jika tidak ada pihak berwenang yang berani menghentikannya, negara ini benar-benar dalam keadaan bahaya.
Sebenarnya masih ada tiga celah untuk membatalkan pencawapresan Gibran:
Pertama, Digulirkannya Hak Angket DPR
Kedua, MKMK membatalkan keputusan MK yang diduga ada intimidasi dan rekayasa putusan MK tentang penetapan kemenangan Paslon 02
Ketiga, Memenjarakan Gibran atas berbagai kasus korupsi sebagaimana yang telah dilaporkan Ubaidillah Badroen ke KPK
Ditinjau dari sisi apa pun, Gibran itu sangat tidak latyak untuk memimpin negeri ini. Menyerahkan kepemimpinan negara kepada seseorang yang bukan ahlinya, ya tinggal menunggu kehancurannya.
Kapasitas, kompetensi, pe galaman, dan karakter Gibran sangat tidak layak untuk memimpin negeri ini.
Paling tidak ada 5 alasan Gibran bakal membahayakan jika dipaksakan memimpin negeri ini :
Pertama, Gibran belum teruji sebagai pemimpin level propinsi apalagi nasional
Pengalaman menjadi Walikota yang hanya 3 tahun dan tidak punya prestasi menonjol sangat tidak layak loncat menjadi pemimpin nasional.
Kedua, Secara kualitas pribadi, Gibran tidak memiliki persyaratan sebagai pemimpin nasional
Sebagai seorang pemimpin nasional, diperlukan minimal 10 karakter : jujur, amanah, menyampaikan hajat rakyat, cerdas, adil, bersih dari korupsi, saleh, sayang dan lembut, tegas berwibawa, dan supel (punya hubungan luas dengan dunia luar) Semua karakter itu tidak ada satu pun dalam diri Gibran.
Ketiga, Gibran terjerat banyak kasus korupsi, sehingga jika dia memimpin tidak ubahnya seperti bapaknya yang Melindungi para koruptor
Keempat, Gibran tidak punya kemampuan leadership dan secara DNA berjika otoriter, bengis, dan kejam
Kelima, Gibran sama seperti bapaknya cuma seorang boneka oligarki taipan dan China komunis.
Tanpa back up dari kekuasaan ayahnya yang ditopang okeh oligarki taipan dan China komunis Gibran hanyalah seorang bocil ingusan yang masih gandrung dengan permainan lego, tamiya, main game, dll
Mau jadi apa negara ini jika diserahkan kepada seorang bocil yang hanya bisa plonga-plongo? Tidakkah kita merasa malu kepada para pendahulu kita yang telah berjuang dengan darah, harta bahkan nyawa demi merebut Indonesia dari tangab penjajah? Akankah Indonesia harus kembali dihajah oleh China?
Semoga para elit sadar tidak sekedar mengurusi kepentingan pribadi dan keluarga dengan mengorbankan negeri dijajah China.
Bandung, 13 Muharram 1445 H
[***]