KedaiPena.com – Indonesia membutuhkan Rp266,6 trilyun per tahun untuk mereduksi dampak dari Climate Change. Sementara hanya sekitar 34 persen yang bisa dibiayai oleh APBN. Sehingga dibutuhkan blanded finance melalui upaya gotong royong untuk bisa memenuhi kebutuhan pembiayaan tersebut.
Kebutuhan pembiayaan ini dijawab oleh kolaborasi Greeneration Foundation bersama Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia untuk meluncurkan Green Fund Digital Philanthropy (GFDP).
Founder Greeneration Foundation, Bijaksana Junerosano menjelaskan GFDP merupakan sebuah platform gotong royong untuk menghimpun pendanaan publik secara inovatif dan akuntabel berbasis teknologi digital. Platform ini akan menghubungkan berbagai pihak yang ingin membantu berbagai kegiatan lingkungan sehingga mereka bisa terus berjalan dan merawat lingkungan kita bersama-sama.
“Kerusakan lingkungan hingga kini masih jauh lebih cepat dibandingkan solusinya. Hal ini karena sumber daya untuk mempercepat solusi lingkungan masih terkendala oleh climate atau environmental financing gap. Sebagai bagian dari strategi blended financing, GF mengaktivasi potensi besar yaitu semangat gotong royong masyarakat melalui donasi rutin bulanan untuk perjuangan lingkungan,” kata Bijaksana Junerosano dalam konferensi pers Di Gedung Kadin Jakarta, Kamis (28/4/2022).
Dalam kesempatan yang Sama, Ketua Umum KADIN Indonesia, Arsjad Rasjid mengapresiasi dan mendukung penuh atas kerjasama dengan greenfoundation dan yayasan kemanusiaan KADIN Indonesia atas inisiatifnya untuk fokus dalam mengatasi krisis perubahan sosial dan krisis iklim.
KADIN turut memberikan kontribusi pendanaan awal senilai Rp1,5 miliar. Untuk meresmikan kemitraan tersebut, Memorandum of Understanding antara KADIN dan Greeneration Foundation pun ditandatangani dalam peluncuran ini.
“Kami telah mengajak anggota KADIN sebagai donatur awal bagi terlaksananya program ini. Dunia usaha memiliki perhatian yang serius terhadap kelestarian alam dan upaya-upaya menangani kerusakan iklim. Masalah ini tidak hanya menjadi perhatian kita di Indonesia saja, tetapi juga telah menjadi isu darurat global sehingga mendorong para pemimpin dunia untuk juga mengambil aksi strategis bagi masalah lingkungan,” kata Arsjad.
Pihaknya juga mendukung penuh atas komitmen Pemerintah Indonesia untuk menangani perubahan iklim dan mencapai net zero emission di 2060, diantaranya melalui rehabilitasi hutan mangrove, lahan kritis dan percepatan transisi energi terbarukan.
Seperti diketahui, dari sisi pembiayaannya sudah tidak dapat lagi bergantung pada anggaran negara. Menurut Arsjad, salah satu instrumen yang bisa digunakan adalah skema anggaran campuran dengan dana di luar pemerintah, seperti keterlibatan sektor swasta, hibah, dana filantropi, dll.
KADIN yakin dengan adanya kerjasama bisa menjadi solusi perubahan iklim. Hal ini sejalan dengan komitmen KADIN untuk mengembangkan inisiatif keberlanjutan di Indonesia dengan memfasilitasi pembiayaan dan mengoptimalkan pendanaan keberlanjutan untuk mempercepat ekonomi sirkular dan dekarbonisasi.
“Bersama kita bisa memerangi krisis iklim dan lingkungan, mencapai net zero emission dan pembangunan ekonomi yang inklusif demi Indonesia emas di masa mendatang,” tegas Arsjad.
Laporan: Hera Irawan