KedaiPena.Com – Siapa sangka pemberontak yang pernah jadi buronan pemerintah malah “nyangkut” di episentrum kekuasaan. Bahkan, buron Orde Baru ini kemudian penelitian bersejarah situs megalitikum Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat.
Namanya Andi Arief. Kedekatannya dengan presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), sudah berlangsung sejak medio era 90-an. Kala itu, pria kelahiran Bandar Lampung 20 November 1970 itu berada di kutub yang sama sekali berlawanan dengan SBY.
Tiga tahun sebelum Orde Baru tersungkur, Andi Arief bergerilya memimpin organisasi bawah tanah Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) dan Persatuan Rakyat Demokratik (cikal bakal Partai Rakyat Demokratik alias PRD). Sementara SBY, saat itu masih berpangkat perwira menengah dengan jabatan Komandan Resor Militer 072/Pamungkas di Yogyakarta.
Hubungan keduanya diwarnai pecahnya peristiwa 27 Juli 1996 atau lebih dikenal Tragedi Kudatuli. Namanya pun mengemuka di antara barisan aktivis politik yang buron. Gerilya Andi Arief kian massif, sembari terus berusaha membantah tudingan kerusuhan di markas Partai Demokrasi Indonesia itu dirancang organisasinya.
Tahun 1998, Gerakan Reformasi meledak. Nama Andi Arief tenggelam di antara rekan-rekannya yang menghiasi halaman muka media massa dan mendapat julukan pejuang reformasi.
Pakar teori Hegemoni ini lebih memilih untuk kembali ke kampung halamannya dan membina hidup di sana. Ia menikah dan membangun keluarga.
Namun tiada hal yang bisa memisahkan aktivis pergerakan dari wahana politik. Ketidakpastian menggantikan kekuasaan yang absolut. Keran demokrasi terbuka lebar, kekuatan-kekuatan politik bermanuver cantik merebut simpati rakyat demi kekuasaan.
Tahun 2004, Presiden Megawati Soekarnoputri tak kuasa membendung arus demokratisasi yang menuntutnya menyelenggarakan pemilihan umum secara langsung.
Di kutub lain, Jenderal (Purn) SBY, kawan lamanya yang malang melintang di perpolitikan masa reformasi telah sukses mendirikan kekuatan politik baru, Partai Demokrat.
Walau gurem, namun bertekad mengantarkan SBY menjadi pemenang Pilpres yang perdana dilakukan lewat pemilihan langsung. Andi Arief tidak mau diam.
Dengan segala dinamika di pentas politik kala itu, tak bisa disangkal Andi Arief berperan memenangkan pasangan SBY-Jusuf Kalla lewat organisasi relawan yang sampai sekarang dikenal sebagai Jaringan Nusantara.
Geliat Andi Arief membuahkan perhatian SBY hingga ia diangkat menjadi Komisaris PT Pos Indonesia di awal 2006. Tak henti di situ, pada Pilpres 2009 Andi kembali masuk ke tim pemenangan SBY-Boediono.
Pria yang pernah mencoba peruntungan di Pilkada Lampung itu lagi-lagi membuat SBY terkesan. November 2009, Andi Arief ketiban Keputusan Presiden yang menunjuknya menjadi Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana.
Pergaulan yang luas dengan berbagai kalangan, termasuk kalangan pakar kebumian, membuat Andi Arief dalam kapasitasnya sebagai Staf Khusus Presiden mendorong terbentuknya Tim Peneliti Katastrofi Purba.
Sejak Maret 2011, dalam survei untuk melihat aktivitas sesar aktif Cimandiri yang melintas dari Pelabuhan Ratu sampai Padalarang melewati Gunung Padang, diketahui bahwa di bawah permukaan Gunung Padang, Kabupaten Cianjur, tidak memiliki intrusi magma.
Kemudian tim peneliti melakukan survei bawah permukaan Gunung Padang secara lebih lengkap dengan metodologi geofisika. Pada November 2011, tim yang dipimpin oleh Dr. Danny Hilman Natawidjaja semakin meyakini bahwa Gunung Padang dibuat oleh manusia masa lampau yang pernah hidup di wilayah itu.
Riset demi riset dilakukan, hingga pada tahun 2013 Tim Terpadu Riset Mandiri yang terbentuk kemudian, dengan bangga hati menyimpulkan Gunung Padang adalah mahakarya arsitektur dari peradaban tinggi kuno yang “hilang”.
Walau TTRM dipenuhi para paneliti dari hampir semua multidisiplin, dan memiliki hasil penelitian dan data yang bisa dipertanggungjawabkan, namun kritik dan cibiran terus menyerang. Hal ini tak membuat mereka mundur.
Andi Arief menyesali banyak pihak yang memandang penelitian timnya dengan kacamata politik. Padahal, penelitian situs megalitikum Gunung Padang harus ditinjau dari sisi data dan hasil risetnya. Sehingga penelitian ini berguna bagi masyarakat dan bermanfataan bagi dunia penelitian.
Karena salah kaprah yang berlarut-larut, sampai-sampai dalam satu kesempatan Andi Arief menegaskan bahwa Riset Gunung Padang akan menjadi kontroversi politik bila cara memandangnya adalah politik dan cara memperlakukannnya dengan opini.
Riset Gunung Padang sejatinya bisa dikedepankan oleh bangsa Indonesia untuk kemajuan dunia ilmu pengetahuan dan menjadi tonggak kebangkitan bangsa serta kebanggaan nasional yang tidak ternilai.
Sejauh ini, TTRM tegas menyimpulkan bahwa dari tingkat peradabannya situs Gunung Padang bukan hasil satu generasi tapi multi generasi. Yang paling atas bergaya menhir memang peradaban sederhana, sebagaimana interpretasi dengan Arkenas, yang hanya menata ulang reruntuhan batuan yang sudah ada, kemungkinan berumur sekitar 600 SM atau lebih muda.
Namun 2 meter di bawahnya (diselingi tanah timbun) adalah bangunan sangat maju yang dibuat dari susunan batu-batu kolom (diperlakukan seperti batubata) tersusun rapih dan diisi/terbungkus semen kemungkinan berumur sekitar 6600 tahun (4600 SM). Di bawahnya lagi masih ada struktur bangunan yang lebih tua, kemungkinan umurnya berkisar 11.000- 23.000 tahun.
Tantangan terus menghujan baik dari teknis maupun non teknis. Dukungan penuh dari TNI Angkatan Darat dan kiprah peneliti yang sudah mendekati target utama di situs Gunung Padang justru diganggu oleh beberapa arkeolog dan geolog senior dengan membuat fitnah di media, sosial media dan rapat-rapat. Pihak-pihak yang menghambat riset ini telah melakukan propaganda hitam dan kebohongan intelektual.
Andi bertekad tim yang digagasnya, bersama Tentara Nasional Indonesia, bisa terus bekerja sama dan menjaga mati-matian Piramida Gunung Padang. Kita doakan agar tawaran dan godaan apapun, misalnya “percobaan suap” 5 juta dolar AS yang diakui sendiri oleh Andi dengan tujuan melibatkan pihak asing bisa terlibat dalam riset ini, tak akan menghentikan langkah maju riset Gunung Padang demi ilmu pengetahuan yang universal dan kebanggaan nasional kita semua.
(Oddy/Foto: Istimewa)