Artikel ini ditulis oleh Tokoh Nasional DR. Rizal Ramli.
Di masa revolusi kemerdekaan, Sukarno menyebut tiga jenis pemuda yang berjuang berdasarkan kesadaran moral dalam melawan penjajah.
Pemuda revolusioner, pemuda militan, dan pemuda patriot.
Mereka terpanggil oleh keadaan yang berlangsung dalam situasi bersifat “Natural-Organik”, mirip dengan situasi tanah air hari ini.
Natural berarti mencerminkan keadaan yang sudah matang, di mana kerusakan ekonomi, politik, sosial, dan ketidakadilan di bidang hukum secara nyata terjadi dan dirasakan rakyat.
Organik berarti kesadaran atau partisipasi dalam menentang berbagai ketidakadilan yang sedang berlangsung, mengalir seperti air.
Mahasiswa, buruh, anak STM, pada dasarnya melakukan gerakan moral. Namun fakta di lapangan umumnya direspon oleh aparat dengan tindakan tidak berperikemanusiaan.
Di India tatkala Mahatma Gandhi menentang penjajahan Inggris juga terjadi civil disobedience atau pembangkangan sipil, melalui gerakan moral seperti Ahimsha dan Swadeshi.
Contoh lain ialah gerakan Marthin Luther King Jr, di Amerika, yang menuntut hak-hak sipil melalui cara damai.
Orang Indonesia adalah bangsa yang cinta damai, toleran terhadap perbedaan, dan memiliki local wisdom.
Namun kolonialis memberikan stigma buruk untuk memecah belah, yang dalam situasi sekarang peran pemecah belah itu dimainkan oleh para provokator lapangan, para buzzersRp, media mainstream yang tak menyampaikan fakta sesungguhnya dan juga segelintir elit kekuasaan yang menjadi komparador aseng demi keuntungan pribadi.
Jangan mau bangsa ini dipecah-belah oleh mereka. Jangan mau rakyat dipecah belah.
Indonesia hari-hari belakangan ini sedang diuji oleh sejarah, sedang diuji sebagai sebuah bangsa yang berdiri di atas persatuan dan kesatuan.
Bangsa ini tidak akan hancur karena kemajemukannya, bangsa ini tidak akan hancur karena alamnya berada di wilayah Ring of Fire, bangsa ini hanya akan hancur karena perbuatan elit kekuasaannya yang berkhianat kepada rakyat.
Merdeka, merdeka, merdeka.
[***]