KedaiPena.Com – Pemutusan segala kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan JP Morgan-Chase terus menjadi polemik. Beberapa pengamat di luar negeri memiliki pandangan kritis.
‎
Seperti dikutip dari Bloomberg. Alan Richardson, seorang manajer investasi dari Samsung Asset Management yang berbasis di Hongkong, menyatakan, dirinya‎ tidak berpikir tindakan ini akan mempengaruhi kepentingan investor di Indonesia.Â
Tapi ini jelas mencerminkan kesulitannya para analis di sisi-jual untuk menyediakan opini yang independen dan objektif bagi kliennya tanpa membuat marah pejabat pemerintah dan regulator.
‎
Sementara seperti diberitakan Reuters. Pengamat lain, Roy C. Smith, seorang profesor bidang manajemen dan keuangan di sekolah bisnis Universitas New York, menyatakan bahwa JP Morgan telah lakukan hal yang benar dengan mempertahankan laporannya.Â
Dengan pendiriannya tersebut, bank mengalami kerugian relatif kecil di Indonesia, di mana JP Morgan tidak memiliki banyak financial exposure.
‎
“(Ini adalah) suatu kesalahan dari Indonesia, yang membutuhkan dukungan dan saran JP Morgan lebih dari bank tersebut membutuhkan Indonesia. Tidaklah pernah sukses, usaha oleh pemerintah yang tidak senang dengan penelitian kemudian berusaha mendisplinkan bank bersangkutan, meski usaha-usaha terus dibuat dari waktu ke waktu untuk memuaskan ekspektasi politik lokal”, jelas Roy C. Smith.
‎
Peneliti Lingkar Studi Perjuangan (LSP) Gede Sandra sendiri melihat kasus ini dari sudut pandang yang lain.
‎
“Sungguh aneh tindakan yang dilakukan SMI. Pemutusan hubungan kerjasama antara pemerintahan suatu negara dengan bank internasional baru pertama kali terjadi di dunia,”‎ kata dia kepada KedaiPena.Com, Kamis (5/1).
‎
Memang di masa lalu, akibat penurunan peringkat surat utang negara oleh suatu bank internasional, juga sempat terjadi ketegangan antara pemerintah China dengan Morgan Stanley dan pemerintah Brasil dengan Banco Santander.Â
Tapi hubungan kerjasama keduanya tetap berlanjut, tidak terputus.
Gede mendengar kabar, bahwa ada kemungkinan tindakan SMI memutus hubungan kerjasama dengan JP Morgan-Chase berhubungan dengan dendam politik gank Clinton terhadap kemenangan Trump di AS. ‎Ternyata, setelah ditelusuri memang fakta-fakta mengarah ke sana.
Seperti diketahui, bahwa CEO JP Morgan-Chase, Jamie Dimon, pada Desember 2016 memutuskan bergabung dengan pemerintahan Trump sebagai penasehat ekonomi. Ini setelah sebelumnya pada November 2016, Jamie Dimon mengirim surat pribadi yang menyatakan dukungannya pada Trump.
‎
Padahal bos JP Morgan-Chase ini terkenal sebagai pendukung sejati partai Demokrat, juga bagian dari gank Clinton. Bahkan Jamie sendiri pernah mengancam akan pindah ke Kanada bila Trump yang terpilih sebagai Presiden AS. Jadi bagi gank Clinton, tindakan Jamie mendukung Trump adalah pengkhianatan.
‎
“SMI jelas adalah bagian dari gank Clinton. Ditariknya SMI ke Bank Dunia pada Mei 2010 sepertinya adalah hasil lobby dari Menteri Keuangan AS Tim Geithner, yang juga gank Clinton, kepada Rob Zoelick, Presiden Bank Dunia.”
‎
Secara kebetulan, Gede mendapati pada Maret 2010 pernah terjadi percakapan via telpon antara SMI dengan Tim Geithner. Kita ingat saat itu tensi politik di Indonesia sedang sangat tinggi akibat SMI dituding oleh DPR bersalah dalam Skandal Bank Century.‎
“Patut dicurigai tindakan memutus hubungan dengan JP Morgan-Chase yang dipimpin Jamie Dimon lebih didasari pada mutungnya SMI atas gagalnya ekspektasi politik pribadinya, yang juga sebagai gank Clinton,” jelas dia.
‎
Karena mungkin saja gank Clinton sudah berjanji akan dukung SMI di 2019 sebagai capres atau cawapres, tentu bila Hillary menang sebagai presiden AS. Kemenangan Trump ini jelas mengubur semua ekspektasi politik pribadi SMI.
Laporan: Muhammad Hafidh
Foto: Istimewa‎