KedaiPena.Com- Generasi Z telah dimudahkan teknologi sejak lahir dan semua serba instan, cepat, dan praktis. Maka ada anggapan sebagai generasi sangat kreatif, namun mudah rapuh. Alhasil muncul istilah Strawberry Generation.
Istilah strawberry generation pada mulanya muncul dari negara Taiwan, ditujukan pada sebagian generasi baru lunak seperti buah stroberi. Meski tampak indah dan eksotis, namun saat dipijak atau ditekan mudah hancur.
Generasi Z ternyata proporsi penduduknya terbanyak berdasarkan sensus penduduk 2020, yaitu 27,94 persen dari seluruh jumlah penduduk Indonesia (BPS, 2021). Generasi tersebut lahir di rentang tahun 1997-2012 atau usia 10-25 tahun (BPS, 2021).
Do Something Indonesia Specialist Neneng Julia Rizky menyadari kehadiran teknologi digital membantu banyak hal. Namun, harus mempunyai kemampuan individu dalam menyadari dan mengembangkan tata kelola etika digital di kehidupan sehari-hari.
“Menjadi ethic digital lebih dari pada itu, ada begitu banyak tanggung jawab dan kewajiban yang disandang tiap warga digital. Termasuk di dalamnya generasi stroberi,” kata Neneng dalam webinar Orbal Obrol Literasi Digital (OOTD) bertajuk Kreativitas Generasi Stroberi, Si Kreatif Nan Tangguh, Jakarta, Sabtu,(10/9/2022).
Ia berpandangan masih banyak generasi stroberi tidak paham bagaimana caranya berinternet dan menjadi warga digital baik dan bertanggung jawab. “Buktinya masih banyak kita temui penipuan online, skimming, bullying dan beberapa hal lainnya,” ucap Neneng.
Belum lagi, kebebasan dan kreatifitas tanpa batas yang disematkan kepada generasi tersebut, sering melupakan ada batasan dalam berekspresi. Maka untuk menjaga iklim dunia siber, tetap positif harus waspada berselancar di internet.
“Setiap warga digital perlu menjalankan kewajibannya yaitu menjaga identitas, berpikir kritis dan selalu berempati di internet. Perlu berhati-hati di internet,” imbaunya.
Wakil Rektor 3 IKB London School of Public Relations (LSPR) Taufan Teguh Akbari mengatakan, teknologi digital membentuk karakteristik anak muda kurang lebih mengikuti perkembangan digital yakni cepat, instan dan lainnya. Ada potensi besar dalam kemampuan mereka.
“Kita ambil generalisasi potensinya luar biasa. Ada yang bilang generasi Z is game changer, benar. Ada yang bilang generasi Z awal renkarnasi founding fathers itu juga betul. Beda konteks dan cerita saja,” ucap Taufan.
Dari 257 juta rakyat Indonesia, generasi Z itu sudah hampir 28 persen. Angka itu sangat mendominasi sebenarnya, jika milenial kurang lebih 26 persen. Mereka dalam kelompok usia produktif.
“Kita punya suatu monentum kalau kita benar-benar pegang betul momentum ini, Indonesia akan bisa mengubah narasi peradaban dunia lewat anak mudanya. Salah satu platform atau senjatanya adalah teknologi,” jelas Taufan.
Senior Enterprise Account Executive, Indonesia Lead, LinkedIn APAC Lanny Wijaya berpandangan, mereka lebih memikirkan bagaimana mendapatkan kesempatan yang benar, kompetisi mendapatkan pekerjaan itu banyak.
“Kebanyakan mereka juga tidak nyaman bekerja di bawah tekanan Work from home, karena mereka juga masih belajar,” ujar Lanny.
“Yang paling bagus dari generasi ini adalah mereka semua punya rasa tahu atau penasaran dan jago di dalam hal digital platform. Saya sangat optimis dengan generasi Z ini,” sambung Lanny.
Untuk bisa terus mendapatkan Informasi ter up to date mengenai kegiatan Zoom Bareng dan kegiatan seru lainnya, dapat dilihat di info.literasidigital.id atau follow media sosial @Siberkreasi.
Laporan: Muhammad Hafidh