KedaiPena.com – Cepatnya perkembangan teknologi digital, mendorong Samsung kembali menyelenggarakan Samsung Innovation Campus (SIC) Batch 3 – 2021/2022, untuk meningkatkan kapasitas peserta didik di bidang Internet of Things (IoT).
Hal ini sejalan dengan misi Kominfo dan Kemendikbudristek yang mendorong peningkatan kapasitas dunia pendidikan SMA dan SMK dalam pemanfaatan TIK yang berfokus pada teknologi IoT, Big Data, Cloud Computing, Video Based Learning, Virtual Reality, dan Augmented Reality.
Head of Corporate Citizenship Samsung Electronics Indonesia, Ennita Pramono mengatakan Samsung Innovation Campus (SIC) Batch 3 – 2021/2022 sejalan dengan upaya pemerintah mendorong peningkatan kapasitas guru dalam bidang TIK dan mencetak siswa Indonesia sebagai generasi muda yang menguasai teknologi digital, mampu menghasilkan solusi nyata untuk berbagai permasalahan di komunitas mereka, dan siap bersaing di industri.
“Kami berharap pengalaman dan keterampilan yang mereka dapatkan di SIC akan bermanfaat bagi masa depan mereka,” kata Ennita melalui keterangan tertulis, Sabtu (24/9/2022).
Ia menjelaskan, SIC Batch 3 2021/2022 yang memasuki stage IoT Product Development Bootcamp dirancang untuk mendorong kapasitas siswa menjadi IoT Developer yang terampil dan siap diserap oleh industri, melalui kurikulum yang unik dan sistem pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja (Link and match).
Pada tahap bootcamp ini, para siswa diajarkan beberapa materi, diantaranya; Foundation & Hardware (IoT), Networking & Communication Basics (Raspberry Pi), Software & Platform (MongoDB, PyMongo, UBIDOTS),” ujarnya.
Salah seorang peserta, Ardika Purna yang berasal dari SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi Malang, mengatakan materi-materi yang diajarkan di bootcamp bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mengenai konsep design thinking, innovation, berpikir kritis, program validation, membuat ide solusi, python course, dan IoT course, yang saling berkaitan dalam menggarap produk IoT.
Ia menyampaikan, timnya merancang Produk IoT smart aquarium bernama AQUAThings, Yang dirancang untuk mempermudah mengontrol akuarium ikan hias melalui smartphone. Solusi ini bertumpu pada tiga fitur utama, yaitu IoT pengatur kadar PH air, IoT feeder fish, dan IoT pencahayaan akuarium.
“Cukup banyak tantangan yang harus kami hadapi pada fase ini. Diantaranya, harus menggunakan bahasa pemrograman yang sama sekali baru dari yang pernah dipelajari, lalu saat merakit dan merangkai komponen perangkat IoT yang terdiri dari sensor-sensor, dan masalah hardware engineering. Karena produk kami berhubungan dengan air, kami sudah sering mengalami konsleting saat perakitan karena sensor-sensornya ada di dalam air sehingga menyebabkan kerugian,” kata Ardika yang bercita-cita menjadi hardware engineer ini.
Ardika berharap SIC periode berikutnya bisa diikuti oleh lebih banyak siswa dan sekolah sehingga lebih banyak yang merasakan manfaat program itu.
“Melalui SIC ini, kami merasa keterampilan bertambah dan hardware engineering ternyata tidak melulu membuat produk macam handphone atau laptop. IoT yang ternyata juga penting karena banyak dibutuhkan orang untuk memecahkan masalah sehari-hari,” tuturnya.
Peserta lainnya, Daffa Eka Sujianto siswa dari SMK Al Huda, Kota Kediri Jawa Timur, mengatakan materi yang diajarkan di stage bootcamp adalah materi-materi baru, contohnya seperti cara menjalankan sensor dengan program python, mengirim data sensor ke data IoT, cara menjadikan ide menjadi produk melalui tahap perakitan hardware dan pembuatan program.
“Kami senang bisa lolos sampai ke stage ini, karena kami belum pernah diajarkan materi-materi seperti itu, jadinya sangat bermanfaat,” kata Daffa.
Desain project IoT tim Daffa adalah kacamata yang dilengkapi sensor ultrasonic, GPS, kamera, dan speaker yang bisa memberikan perintah berbelok kepada tuna netra berdasarkan data dari sensor. Kacamata itu diciptakan untuk membantu tuna netra untuk lebih mudah beraktivitas.
“Tantangan yang dihadapi saat mengerjakan project itu terjadi pada tahap merakit hardware. Ternyata ada beberapa hardware yang tidak mendukung atau malah tidak tersedia. Selain itu, ada beberapa sensor yang tidak bisa menangkap sinyal, contohnya sensor GPS, sehingga harus membeli perangkat baru. Meski begitu, pelatihan ini banyak manfaatnya terutama dalam hal problem solving, sehingga jika ada masalah, bisa diselesaikan dengan tepat,” papar Daffa.
Sebagai informasi, Stage IoT Product Development Bootcamp di SIC Batch 3 – 2021/2022 digelar pada Juni-September 2022. Tahap ini diikuti oleh siswa-siswi yang telah melewati seleksi Stage 2 dengan ide solusi dan nilai terbaik, yakni 100 siswa (25 tim) dari 6 MAN (8 tim) dan 10 SMK (17 tim) yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Sebanyak 100 siswa ini disaring dari 1.000 siswa dari 40 SMK dan 30 MAK/MAK/MAP yang berpartisipasi di SIC Batch 3 – 2021/2022. 1.000 siswa ini adalah mereka yang lolos dari logic test dari 3.000 pendaftar. Para peserta dibimbing oleh para mentor berpengalaman dari Skilvul.
Laporan: Ranny Supusepa