Artikel ini ditulis oleh Abdul Rohman Sukardi, Pemerhati Kebangsaan.
Kenapa paket ini (Ganjar-AB) merupakan pilihan tepat. Megawati, ketum PDIP yang mengajarkannya. Ia mengajari Presiden Jokowi soal kelanjutan proses politik adalah filosofi dansa. Menari-nari menikmati alunan musik sambil mencari pasangan yang tepat. Random betul.
Apakah itu dimaknai dan diartikan oleh Presiden Jokowi sebagai “jadi aku ini disuruh jalan sendiri sama Ibu ?”.
Kemudian ia (Pres. Jokowi) pun berusaha mencari pasangan dansanya sendiri. Karena sudah tidak diajak dansa sama ibunya?. Ah, itu urusan mereka lah.
Kembali ke tema. AB cocok berpasangan dengan Ganjar. Kenapa?
Jika survey LSI Deny JA dan Litbang Kompas akurat, maka AB akan terpental di putaran pertama. Survey mengkonfirmasi suaranya tidak memadai untuk melaju. Siapapun pasangannya.
Usai putaran pertama, AB tidak lagi akan pegang kendali. Parpol pendukung AB sudah memiliki hasil pemilu legislatifnya. Sudah masuk parlemen lagi. Maka transaksi politik untuk jatah kabinet dipegang parpol masing-masing. Hendak mendukung capres mana dan apa kontrak politiknya sudah kembali menjadi domain parpol masing-masing tanpa melibatkan AB.
AB juga tidak memiliki infrastruktur politik untuk konsolidasi pendukungnya. Sehingga tidak cukup seorang diri bertransaksi dalam putaran kedua. Maka pilihan rasional adalah bergabung dengan figur kuat sebelum putaran pertama dimulai.
Menerima pinangan sebagai Cawapres Ganjar bagi AB. Kemungkinan unggul akan terbuka.
Walau belum tentu pendukungnya mengikuti langkahnya. Bahkan ia akan dilabel sebagai pengkhianat sebagaimana Prabowo masuk Kabinet pasca pemilu 2019.
Tapi namanya saja othak-athik mathuk. Sebagaimana filosofi dansa yang dikenalkan Megawati. Siapa yang kemudian diajak menari sungguh tidak akan terduga.
ARS, Bangka-Kemang, 24-08-2003
[***]