KedaiPena.com – Menggabungkan kegiatan bersepeda, menanam, dan musik dalam edukasi dan sosialisasi dinyatakan akan lebih mampu menarik minat para generasi muda, untuk mulai peduli pada lingkungan.
Pengendali Ekosistem Hutan Ahli Pertama, Ditjen Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan (PDASRH) KLHK, Salomo Lumban Gaol menyatakan kegiatan sosialisasi lingkungan lestari dengan cara menggabungkan bersepeda, menanam, dan musik, adalah cara yang bagus.
“Penggabungan tiga hal ini menurut saya sangat cocok dalam hal meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Karena dua hal pertama, berdampak langsung pada perbaikan lingkungan hidup dan musik menjadikan kegiatan itu menyenangkan,” kata Salomo usai menanam pohon pada rangkaian kegiatan Road to Sekolah Hijau Edisi SMP Negeri 29 Jakarta, Sabtu (19/10/2024).
Bersepeda, menurutnya, adalah salah satu cara untuk mengurangi polusi di udara. Dan dengan mengurangi jumlah polutan yang masuk ke alam, itu sudah menjadi bagian dari upaya meningkatkan kualitas lingkungan hidup.
“Lalu dilakukan penanaman pohon, yang artinya, kita menambah agen penyerap emisi karbon dari udara. Ini pun bagian dari upaya meningkatkan kualitas lingkungan hidup,” ujarnya.
Dan musik akan menjadi cara untuk membuat edukasi dan sosialiasi ini menjadi menyenangkan dan lebih mudah diterima oleh para anak-anak.
“Kita menyajikan suatu edukasi tentang lingkungan dengan cara praktik langsung di lapangan, dengan situasi yang menyenangkan, sehingga akan lebih mudah untuk diterima oleh mereka. Mereka akan tertarik. Akan terbentuk mindset bahwa, ternyata menjaga lingkungan itu asyik lho,” ujarnya lagi.
Anggota Komite Sekolah SMP Negeri 29 Jakarta, Minar menyatakan sangat mendukung dengan dihadirkannya musik pada kegiatan edukasi dan sosialisasi tentang lingkungan.
“Setuju sekali. Itu kan euforia mereka. Dengan kehadiran musik, bisa membuat pikiran mereka lebih tenang, cerah. Apalagi mereka kan habis bersepeda, lagi capek kan enak tuh mendengar musik,” kata Minar.
Dan, musik juga bisa menciptakan situasi yang ‘fun’, sehingga anak-anak yang menerima edukasi dan sosialisasi bisa menerimanya dengan lebih baik.
“Jadi anak-anak bisa senang lah dalam kegiatan edukasi itu. Mereka gak merasa bosan,” tandasnya.
Laporan: Ranny Supusepa