KedaiPena.Com – Anggota Komisi XI DPR RI, Heri Gunawan mengaku khawatir dengan kondisi keuangan negara saat ini.
Ia menuturkan untuk saat ini defisit sudah mengarah ke angka 2,7 persen. Pemerintah lewat Kemenkeu akan mengendalikan realisasi APBNP 2017 pada defisit 2,7 persen terhadap PDB itu.
Diungkapkannya lagi, hingga akhir November realisasi defisit pada APBN Perubahan sudah mencapai 2,2 persen.
“Dengan memperhatikan proyeksi penerimaan dan belanja yang ada, angka defisit tersebut diperkirakan akan menyentuh angka 2,92 persen. Di sini pemerintah wajib berhati-hati. Sebab, angka tersebut sudah mendekati lampu merah yang disyaratkan oleh UU Keuangan Negara sebesar 3 persen,” ujar Heri kepada wartawan, Minggu (17/12).
Kalau dicermati, kata dia, melebarnya defisit anggaran negara karena tidak optimalnya penerimaan negara dari sektor pajak.
“Kalau kita lihat lebih detil, penerimaan terbesar pemerintah untuk mencegah membengkaknya defisit bersumber dari pajak. Sedangkan kenyataannya realisasi penerimaan pajak mengalami penurunan sebesar minus 2,79 persen dibandingkan dengan tahun yang serupa,” beber dia.
Dari data itu, kata Heri, Fraksi Gerindra khawatir pemerintah akan mengalami kesulitan untuk memenuhi target penerimaan pajak di akhir tahun ini. Selain itu, sambung dia, pihaknya juga melihat pemerintah akan menghadapi banyak tantangan dalam hal perpajakan.
“Sebagai misal, realisasi pajak migas yang menurun. Tahun 2016 realisasinya hanya mencapai Rp44,9 triliun atau hanya 65,3 persen dari APBN-P TA 2016. Sementara itu, realisasi PPh Migas cenderung sulit meningkat karena melemahnya harga komoditas di pertengahan tahun 2017 ini,” ungkapnya.
Di sisi lain, menurutnya, reformasi perpajakan nasional pelaksanaannya belum terlalu maksimal. Untuk diketahui, tax ratio Indonesia adalah yang terendah di dunia, yakni hanya 11 persen.
Pada ujungnya, kata dia, hal tersebut akan berimplikasi pada pembayaran beban utang yang jatuh tempo.
“Akhirnya, semua hal menjadi serba tak wajar. Pemasukan pajak rendah dan utang yang menumpuk,” tandasnya.
“Saya khawatir pemerintah akan sulit merealisasikan target penerimaan pajak tahun ini, terutama target PPh Migas dan Penerimaan Bea Cukai. Tantangan terbesarnya adalah soal ketidakpastian dan perlambatan ekonomi global serta turunnya harga komoditas,” pungkasnya.
Laporan: Muhammad Hafidh