KedaiPena.Com – Sudah bukan rahasia jika Indonesia yang disebut sebagai zamrud khatulistiwa memiliki banyak ragam yang berpotensi untuk pengembangan destinasi wisata.
Abdul Fikri, Wakil Ketua Komisi X DPR RI, mendorong agar pengembangan tersebut harus dilakukan secara fokus dan merangkaikan segala potensi yang ada.
“Saya pernah tanya seorang bule dari Inggris, kenapa tertarik datang kemari. Katanya, di sini semua ada. Hutan, sungai, gunung, laut, semuanya. Kita ini perlu memanfaatkan potensi yang diberikan Tuhan,†kata dia dalam keterangan yang diterima redaksi, ditulis Minggu (17/3/2018).
Menurutnya, banyak natural landscape yang bisa dijual karena tidak kalah dengan yang dimiliki negara-negara lain. Namun, di sisi lain membuat tidak fokus dalam mengelola obyek wisata.
“Nampaknya perlu lebih fokus dan kita perlu belajar merangkai, bagaimana agar potensi yang satu dengan yang lain bisa dikemas dengan baik dan menarik,†ujarnya.
Ia juga menyebutkan, seni budaya dapat menjadi atraksi yang merupakan salah satu kunci pengembangan destinasi wisata, dapat dikembangkan menjadi sesuatu yang lebih menarik.
“Misalnya seni wayang, wayang seperti apa yang bisa masuk dengan trend kekinian yang menarik?†tanyanya memberi contoh salah satu hasil budaya.
Lebih lanjut, anggota legislatif dari PKS ini yakin bahwa pariwisata di ibukota Jawa Tengah dan sekitarnya inimasih sangat mungkin untuk dioptimalisasi sehingga mampu menjadi andalan.
“Pariwisata ini tren-nya mengalami peningkatan. Sekarang kita tidak lagi mengandalkan Migas dan batubara yang semakin menipis,†lanjutnya.
Jumlah wisatawan nusantara tahun lalu 40 juta, naik 4 juta dari jumlah pada tahun 2012. Sementara itu, jumlah wisatawan mancanegara (wisman) pada tahun 2016 adalah 578.928 yang naik menjadi 781.107 wisatawan pada 2017.
Adapun asal negara para wisman tersebut menurut jumlah terbesar adalah Malaysia, Tiongkok, Singapura, Belanda, Amerika Serikat.
Diharapkan jumlah wisman yang datang ke Indonesia ini terus meningkat, mencapai 17 juta tahun ini dan 20 juta pada tahun depan.
Laporan: Muhammad Ibnu Abbas